Kammi bersahabat

Persahabatan Kammi UIN Walisongo dengan EGM lain di Kampus. Mantab!

Kammi dan Pak Gubernur

Manifesto Reformasi memperingati 108 Tahun Hari Kebangkitan Nasional, bersama Pak Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah

Ketua Kammi Komisariat UIN Walisongo

Pelantikan Ketua Kammi UIN Walisongo oleh Akh Zakaria, Sekjen KAMDA Semarang

Aksi Kammi

KAMMI Semarang adakan aksi di Gedung Gubernuran menyampaikan aspirasinya

Kammi siap berjuang

Aktivis Dakwah Kammi yang siap tuntaskan perubahan

Rabu, 14 Februari 2018

Tujuh Langkah Rekonstruksi Umat dalam Manhaj Ikhwanul Muslimin



Oleh: Budiman Prastyo

Setiap perjuangan dakwah memiliki langkah, seperti yang Rasul contohkan pada lima fasenya, baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Sebagai Ulama, pewaris risalah Nabi, Hasan Al-Banna merumuskan langkah tahapan rekontruksi Umat, yaitu:
1.     Islahu An-Nafs (memperbaiki diri)
Di dalam memperbaiki diri di antaranya: 1.) Aqidah yang bersih; 2.) Ibadah yang benar; 3.) Akhlak yang kokoh; 4.) Kekuatan Jasmani; 5.) Intelek dalam berpikir; 6.) Berjuang melawan hawa nafsu; 7.) Pandai menjaga waktu; 8.) Teratur dalam urusan; 9.) Mandiri; 8.) Bermanfaat bagi orang lain. Hasan Al-Banna menganjurkan untuk melaksanakan sholat dan puasa sesuai dengan hadis yang jelas keshahihannya. Melalui lembaga pendidikan spiritualnya Ikhwanul Muslimim (Ma’had Tarbiyah ruhiyah Ikhwanul Muslimim), beliau menjelaskan beberapa petunjuk shalat lail dan memotivasi anggotanya untuk melaksanakannya.
2.     Ta’winu Baitim Muslim (Membentuk Keluarga Muslim)
Umma Farida (2014) di dalam Jurnal Penelitian STAIN Kudus,
Setiap sistem politik pasti harus menyesuaikan diri dengan masalah-masalah yang muncul di masyarakat dan mengubah cara pandang mereka terhadap masa depan.

Keluarga sebagai bagian terkecil dari masyarakat, ini sangat berperan penting bagi pembangunan strategi berdakwah. Mengingat keluarga merupakan madrasah pertama bagi sosial.
3.     Irsyadul Mujtama’ (Menyadarkan Masyarakat)
Perkembangan IM di Kairo pun dapat dilihat dari penerbitan majalah-majalah yang mencerminkan gerakannya. Majalah-majalah yang berhasil dicetak oleh perusahaan tersebut antara lain; majalah Al-Ikhwan Al-Muslimun (IM), dan Majalah An-Nadzir, keduanya cetak secara mingguan. Majalah-majalah tersebut digunakan sebagai corong dakwah Ikhwanul Muslimin baik dalam menyebarkan ajaran agama islam maupun membendung arus kristenisasi di Mesir—hal ini menyadarkan masyarakat tentang pentingnya ber-Islam.
4.     Tahrirul Wathan (Membebaskan Negeri)
Segala upaya dan usaha telah dilakukan untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Dari sinilah para pemimpin pemikir, penulis, orator, dan wartawan menyerukan gaung pembebasan atas nama nasionalisme dan kebangsaan. Bagi Ikhwanul Muslimin, gaung pembebasan atas nama nasionalisme dan kebangsaan adalah sesuatu hal yang sangat baik dan indah.
5.     Islahul Hukumah (Memperbaiki Pemerintahan)
Pada tahap ini IM berusaha untuk masuk ke dalam pemerintahan dengan jalur politik walaupun sering terjadi batu sandungan oleh musuh-musuhnya. Pergulatan Ikhwanul Muslimin dengan pemerintah Mesir sering diwarnai adanya konspirasi, penindasan, yang kemudian disambut dengan demonstrasi dan persaingan merebut kekuasaan. Pemerintah Mesir berusaha menghalangi Ikhwan dalam persaingan pemilu dengan memalsukan hasil pemilu, menghalangi para calon dan menangkap para aktivis Ikhwanul Muslimin.
6.     I’adatul Qiyanid Daulih lil Ummati Islamiyyah (Mengembalikan Peran Umat Islam dalam Percaturan Internasional)
Jika Negara telah menerapkan suatu sistem Islam, peran umat dapat dikembalikan sebagaimana sistem yang dianut. Platform dan gerakan dakwah yang dilakukan tidak lepas dari masyarakat (dalam hal ini umat). Bahkan tidak hanya dalam wilayah dakwah, melainkan lebih luas lagi, memasuki wilayah sosial dan politik. Sebagaimana dikemukakan Hassan Al-Banna bahwa Ikwanul Muslimin tidak menafikan gerakan sosial-politik, asal ia diperuntukkan bagi perbaikan umat (islah  ummah).
7.     Mustadziatul A’lam (Menjadi Guru bagi Alam Semesta)
Yang dimaksud guru dalam hal ini adalah petunjuk dari Al-Quran dan sunnah yang telah diterapkan secara kaffah. Ini juga disebut sebagai islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, suatu keniscayaan yang patut diimani bahwa Islam akan menjadi jaya dan bangkit. Hasan berkeyakinan bahwa Islam adalah suatu agama yang sempurna dan lengkap dengan segala sistem yang dibutuhkan bagi kehidupan umat Islam, termasuk sistem-sistem politik, ekonomi dan sosial, dan bahwa untuk meraih kembali kejayaan umat Islam tidak perlu meniru Barat.

Refferensi
Indria Nur,  Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam  Imam Hasan Al-Banna, (Papua: STAIN SORONG, 2014), hal. 7
Umma Farida,  Peran Ikhwanul Muslimin dalamPerubahan Sosial Politik diMesir, (Kudus: STAIN Kudus, 2014), lihat hal. 51
Soliqin, Keterlibatan Ikhwanul Muslimin Dalam Revolusi Mesir 2011, (Yogyakarta: UNY, 2015), lihat hal. 8
M. Anwar Zein, Sikap Ikhwanul Muslimin Tentang Nasionalisme dan Relevansinya Dengan Konsepsi Ummah, (Lamongan: Al-Daulah, 2013), lihat hal. 166
Umma Farida,  Peran Ikhwanul Muslimin dalamPerubahan Sosial Politik diMesir, (Kudus: STAIN Kudus, 2014), lihat hal. 46
Fakhrurozi, Aktivitas Dakwah Hasan Al-Banna (Analisis Metode dan Media Dakwah), (Semarang: IAIN Walisongo, 2009), lihat hal. 70


Minggu, 11 Februari 2018

Pendidikan Ummat Abad 21

oleh : Ichwan Hidayat

Pendidikan Ummat Abad 21 sebagaimana sudah diketahui dalam abad ke 21 ini sudah berubah total baik masyarakat maupun dunia pendidikannya. Global village mengantarkan dunia pendidikan yang mewajibkan perubahan dalam segala aspek pembelajaran.

Sekolah yang dipahami sampai saat ini sudah terbentuk sejak abad ke 19 dalam rangka pengembangan pendidikan anak dan juga mendorong industrialisasi. Untuk menjadi masyarakat berkebangsaan secara fungsional, tidaklah berlangsung secara alamiah, melainkan melalui suatu proses yang terencana secara sistematis. Oleh karena itu upaya yang dianggap paling tepat untuk memenuhi tujuan tersebut adalah membangun sistem pendidikan yang tertata.

Sistem pendidikan yang tertata pada dasarnya diyakini mampu memerankan dirinya secara efektif dan fungsional dalam mengantarkan setiap insan, termasuk juga Ummat Islam sebagai manusia dan masyarakat yang humanis dan berkebangsaan. 

Semakin pesatnya era globalisasi tidak menuntut kemungkinan juga bahwa pendidikan menjadi salah satu instrumen untuk membangun akhlak. Sejalan dengan itu, untuk menghindari ketertinggalan dengan bangsa lain maka upaya yang tepat yang harus dilakukan oleh Ummat adalah melakukan pembangunan siaga fisik, mental, material dan spiritual.
Akhlak merupakan pembentukan pertama dalam pribadi manusia seutuhnya.

Pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya pribadi yang berakhlak, merupakan hal pertama yang harus dilakukan. Pembinaan akhlak harus dilakukan secara teratur baik di sekolah maupun di keluarga dan dapat mengembangkan dan mempratekkan di kehidupan sehari hari.

Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan dalam undang undang tentang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003 bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa :
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengemban potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”

Berdasarkan undang undang diatas sudah secara jelas tergambarkan bahwa salah satu dar tujuan pendidikan nasional adalah agar dapat mengembangkan potensi diri sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Salah satu tercapainya pendidikan yang baik adalah pengajaran nilai nilai sosial keislaman yang kaffah dan mampu menciptakan karakter yang bermoral.
Pendidikan memberikan bekal dalam kepribadian bermasyarakat dan juga memberikan keilmuan yang dapat membantu terciptanya Ummat yang bersaing di abad 21 ini.
Pentingnya ilmu untuk Ummat merupakan sarana tetap terjaganya khasanah keilmuan di berbagai aspek.

Bangsa lainpun akan segan bila Ummat islam memiliki kredibilitas keilmuan yang mapan seperti yang di jelaskan oleh Allah dalam Surah AL Mujadalah : 11

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (11) }

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, "Berlapang-lapanglah dalam majelis, " maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu, " maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Memperdalam ilmu dan mempertahankan akhlak mulia melalui pendidikan merupakan cara yang sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin hari semakin menuntut untuk melakukan akselerasi teknologi.

Minggu, 28 Januari 2018

Passion is fake, is not it? (cerita inspiratif)

  

Berjuang untuk keinginan hati terdalam atau menjalani apa yang ada adalah hantu terbesar yang perna aku rasakan. Bosan, tapi terus menghinggap.

Lalu bertanya, apakah dunia yang kujalani saat ini adalah takdir, sementara hati ini tak sanggup, otak inipun tak mampu, merasa bukan pada bidangnya. Sekali lagi! Apakah ini takdir?

Haruskah bertahan? Dengan belajar, belajar dan belajar, mencoba memahami dan memaksa memahami. Perih memang. Pahit dirasa, hati ini tak sanggup. Aku merasa kecewa bukan main. Ketika yang diperjuangkan berbuah bak biji duku yang tergigit. PAHIT!

Aku hafal betul dengan kata bersakit-sakit dahulu bersenang senang kemudian. Namun sepertinya tidak buat aku. Katanya kuliah itu tinggal ekspos kemampuan kita, mengembangkan passion kita dan menikmati perjuangan yang memang harus dikembangin bukan malah belajar dari awal dan harus dimengerti bahkan memaksa diri untuk memahami. Bukan awal yang hurapkan. Perih.

Ingin ku kabur dari kampus ini, dari jurusan ini.

AAAARRRGGGHHHH!!!

Aku lagi kenapasih? Dari kemarin pikiran ini sangat mengganggu. Kuliahku mengganggu!! Aku tak suka. Pokoknya aku ingin bilang ke bapak sama ibu kalau aku gak mau kuliah. Ini bukan passionku!!

Mika is calling….

Tumben amat ini anak nelfon…

“Halo, Assalamualaikum. Gimana ka?”

“Wa’alaikumsalam. Taaaa!! Gaji aku udah cukup buat daftar kuliah!!”

 “haaaa??!!! Emang kamu jadi mau kuliah?”

“Iyadonggg. Kan niat aku mau kerja dulu ngumpulin uang terus aku kuliah!”

haaa? Yakin nih si mika mau kuliah? Aku aja udah mau kabur. Capek. Males.

“terus nih ya ta.. aku pengen aja bahagiain orang tua aku gitu. Pokoknya kalau ada info-info pendaftaran mahasiswa baru dikampusmu bilang ya ta”

“iya okeoke siap komandan. Btw, aku lagi nugas nih. Ntar lanjut lagi ya. Bye!”

bukan karna aku nugas lalu mengakhiri telfon mika. Itu hanya bullshit! Ya itu hanya alasan karena aku sudah muak bicara tentang kuliah. Sudahku bilangkan? Aku sudah capek!

Rasanya udah gak kuat sama dunia kuliah karna aku nggak nemuin passionku disini. Pengen cuti dan ngafal Qur’an ajah. Atau aku mangkir aja sampai di DO? Ah sudahlah! Rasanya aku hanya ingin mengakhiri apa yang sudah kumulai. Mengakhiri hafalanku sampai tamat 30 juz. Bukankah ketika kita memulai harus ada yang diakhiri? Layaknya pertemuan dan perpisahan?

FIX aku ingin berhenti kuliah dan mempelajari Al-Qur’an saja seperti beberapa teman SMA ku di boarding school. Kuingin seperti mereka yang menjalani hidup tanpa beban. Dan aku rasa, mempelajari Al-Qur’an adalah passion semua orang.

Tapi… yang jadi masalah, apa aku berani bilang bapak ibu? Sedangkan mereka sudah berharap banyak dengan anaknya ini.

Aaaaarrgghhhh!!!

Aku frustasi. Kujalani mual. Kuakhiripun tak tega.

Teringat bapak pernah bilang:

“kamu sudah kelas 3 SMA ya nduk? Bapak pengin kamu kuliah. Meneruskan cita-cita bapak yang ingin kuliah tak tercapai karna faktor biaya. Yah walaupun bapakmu ini seorang petani yang uangnya pas-pasan. Tapi bapak berharap banyak sama kamu”

hmmm. Makin ngerasa bersalahkan kalau inget kata-kata bapak. Kulihat jam sudahn jam 22.23 WIB. Sudahlah pikirkan kapan-kapan saja. aku harus tidur. Besok kuliah pagi!

------------------

Pukul 08.50 dikampus

Drrrrrtttttttt. Drrrrttttttt. Ada WA masuk

“Ping”
“ta, lagi dikampus enggak?”

tumben amat si tasya wa.

“iya sya. Baru keluar jam pertama nih. Knp ?”

Ternyata tasya minta reuni. Berdua. Ya reunian berdua.

---DIKAFE DEKAT KAMPUS---

“eh ta, katanya si mika bakal nyusul kesini ya?” kata tasya

topic berat. Ngomongin kampus -__-
“gatausih, kemarin emang nanya-nanya gitu tentang kampus ke aku.  Mungkin mika kira enak apaya kuliah (?)”

“loh, maksudmu apa? Bukannya dari SMA kamu yang paling semangat buat kuliah ya? Aku aja seneng banget. Ah rasanya indahhhhhh,” tasya mengangkat tangannya lalu digenggam dan disimpan dideket pipi sambil berbinar “yah walaupun anak akuntansi dicap pelit. Tapi akusih bodoamat. Yang penting aku baik gak pelit”

terserah kamu sya mau ngomong apa. Akusih bodoamat. Mau berhenti. Bentar lagi kita gak ketemu sesering ini lagi.

“kamu kenapadeh ta? Diem aja. Jutek gitu. Cepet tua baru tau rasa!”

lah, si tasya peka.

“kalau aku berhenti kuliah gimana ya ta?” tanyaku ragu

“yaudah simple. Tinggal berhenti trus bapak-ibu kamu sedih”

“iiihhhh!!! Apaansih? Orang cuman nanya jawabannya begitu” kezel akoh -,-

“dengerin aku ya ta. Aku tau kamu gak suka masuk arsitektur yang kamu bilang nyapein, trus harus menggambar menggaris tanpa penggaris, tidak boleh menggunakan penghapus, harus menggunakan teknik tebal-tipis, rendering (arsiran) untuk menghasilkan bayangan, dan digambar secara perspektif,. Yah, itu semua yang enggak kamu suka suka ditambah harus memiliki kemampuan mewarnai dan kemampuan berpikir spasial. Yah, kurang lebih semua itu kamu gak suka. Aku tau taaa. 3 tahun seatap bareng kamu. Bahkan kita sekarang sekampus.”

Aku cuman diem dengerin tasya ngomong. Sambil mikir kenapa ini anak tau banget sih? Ah tasya emang BFF banget!!! Tapi ini keknya dia serius.

“kamu tau kenapa aku hafal banget tentang kamu?”

“kenapa?” jawabku

“kamu ngomong begitu tiap aku main kekosan kamu. Bahkan setiap kita ketemu! Gimana gak hafal? Kamu itu kurang bersyukur. Istigfar banyak-banyak. Sekarang aku udah gak bisa diem aja dengerin keluh kesah kamu yang gak ada untungnya itu”

Speechless

“Taaa, Cinta Annisa Nabila. Dengerin aku baik-baik. Passion adalah fake. Karna didunia ini ya begini keadaannya dan mau gak mau, suka gak suka ya emang harus dijalani. Karna diluar sana banyak orang yang pengin dapetin posisi kaya kita ta. Betapa banyak orang diluar sana yang gak bisa sekolah gara-gara gak punya uang. Dan kita masih mikirin soal passion? Mari kita pelajari tentang passion ta. Agar kita tau bagaimana caranya bersyukur. Ketika kita sudah memilih jalan hidup, maka kita sudah wajib untuk menyelesaikannya.”

Ada jeda. Dan aku masih diam

“Coba kita bayangin, ibadah itu wajibkan? Apa kita harus nunggu passion dulu? Nunggu sesuai kita pengennya dulu? Please deh taaaaa. semua itu emang sudah kewajiban dan kita harus siap ngejalaninnya. Beribadah, menuntut ilmu, dan kerja. Semua itu adalah kewajiban. Apa kita harus passion dulu?  Bisa bisa kita mati kelaparan.” Tasya tarik nafas

“Cinta, menurutku, hakikatnya ketika kita bisa makan, lenje-lenje, tidur nyenyak aja udah Alhamdulillah. Diluar sana masih banyak orang yang kekurangan dan berharap jadi seperti kita saat ini. Apalagi kalau kuliahnya dibantu, entah lewat beasiswa, SNMPTN, SPAN, channel sekolah, dll. Sangat disayangkan kalau kita menyia nyiakan begitu sajah. Ayo taaa, bersyukur. Udah saatnya kita melalui ujian dari Allah. Kamu itu sedang di uji, Allah ingin kamu melalui ujiannya dengan baik. Aku yakin kamu bisa. Bahkan, dengan kamu yang sesibuk sekarang, aku yakin kamu bisa menambah hafalan. Aku tau kamu akhir-akhir ini hanya murajaah tanpa menambah hafalanmu. Aku yakin kamu bisa jadi arsitek yang hafal Al-Qur’an nantinya. Itu semua bisa mewujudkan cita-cita bukan? Cita-citamu dan orangtuamu”

aku nangis. Tasya benar. Aku gak bersyukur. Aku harus melalui ujian ini dengan baik

“sya, makasih. Aku rasa kamu lagi kesambet!” jawabku sambil tertawa

“eh dasar! Temen macem apa loh?”

“hahahhahaha” tawa kami bersama

---3 tahun berlalu---

“para wisudawan bisa duduk kembali”


Yap! Hari ini aku wisuda. Aku rasa aku hampir selesai menyelesaikan ujian ini. Dan tentang hafalan, aku juga sudah menyelesaikannya 2 bulan kemarin. Setelah percakapan dengan tasya disemester 2 lalu, aku sadar hidup itu harus disyukuri. Bukan ketika kita tak suka maka kita tinggalkan. Dan bukankah yang buruk bagi kita belum tentu buruk bagi Allah?

-END-



PS. Cerita ini terinspirasi dari kisah nyata dan diskusi diobrolan grup whats*pp alumni SMA saya. Dan juga ada kata-kata diawal yang saya kutip digambar status seseorang tanpa mengetahui siapa pengarang tulisan miring diatas. Semoga bermanfaat

Jumat, 19 Januari 2018

SUDAH KHITBAH TAPI GAGAL NIKAH ???

oleh : Anggi Prasetyo                               

Khitbah menurut para fuqaha adalah permintaan seorang pria kepada seorang wanita tertentu secara langsung untuk mengisterikannya atau kepada walinya dengan menjelaskan hal dirinya dan pembicaraan mereka dalam masalah aqad, harapan-harapannya dan harapan mereka mengenai perkawinan. Demikianlah, Imam Muhammad Abu Zahrah didalam kitabnya Akhwalusy Syakhsiyyah.[1]
Meski telah melaksanakan khitbah, tidak ada suatu kepastian bahwa keduanya pasti akan menikah. Kegagalan bagi kedua calon untuk bersanding di pelaminan masih tetap ada dengan adanya satu atau beberapa masalah yang terjadi. Jika akhirnya pernikahan tidak terwujud, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni:
1.     Menjaga Hubungan Baik
Meski perkawinan tidak terwujud, silaturahmi yang telah dibangun antar kedua belah pihak tidak boleh putus. Kemudian kedua belah pihak juga harus menyadari bahwa kegagalan mereka menjadi satu keluarga besar adalah takdir yang terbaik dari Allah SWT sehingga tidak menjadikan kedua belah pihak menjadi patah arah untuk tetap berhubungan baik. Salah satu cara untuk tetap menjaga hubungan baik antara keduanya adalah tidak menceritakan hal-hal yang bersifat rahasia lagi pribadi masing-masing pihak kepada pihak-pihak luar.
2.     Masalah Hadiah
Selama tahap meminang, pihak lelaki dianjurkan memberikan hadiah kepada pihak perempuan selama hal itu tidak memberatkan. Apabila kemudian hari keduanya tidak dapat melanjutkan ke jenjang pelaminan, menurut madzhab maliki, apabila pembatalan dilakukan oleh pihak laki-laki, maka tidak berhak meminta kembali hadiah yang telah diberikan. Sedangkan apabila pembatalan dari pihak perempuan, maka hadiah tersebut harus dikembalikan. Sebaiknya masalah ini dimusyawarahkan secara kekeluargaan sehingga dapatlah melegakan semua pihak tanpa harus bersitegang dalam urusan yang sebetulnya bukan masalah yang besar.



[1] Abdul Hadi, FIQH MUNAKAHAT Seri 1:Duta Grafika, 1989 hlm 24-25