Rabu, 14 Februari 2018

Tujuh Langkah Rekonstruksi Umat dalam Manhaj Ikhwanul Muslimin



Oleh: Budiman Prastyo

Setiap perjuangan dakwah memiliki langkah, seperti yang Rasul contohkan pada lima fasenya, baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Sebagai Ulama, pewaris risalah Nabi, Hasan Al-Banna merumuskan langkah tahapan rekontruksi Umat, yaitu:
1.     Islahu An-Nafs (memperbaiki diri)
Di dalam memperbaiki diri di antaranya: 1.) Aqidah yang bersih; 2.) Ibadah yang benar; 3.) Akhlak yang kokoh; 4.) Kekuatan Jasmani; 5.) Intelek dalam berpikir; 6.) Berjuang melawan hawa nafsu; 7.) Pandai menjaga waktu; 8.) Teratur dalam urusan; 9.) Mandiri; 8.) Bermanfaat bagi orang lain. Hasan Al-Banna menganjurkan untuk melaksanakan sholat dan puasa sesuai dengan hadis yang jelas keshahihannya. Melalui lembaga pendidikan spiritualnya Ikhwanul Muslimim (Ma’had Tarbiyah ruhiyah Ikhwanul Muslimim), beliau menjelaskan beberapa petunjuk shalat lail dan memotivasi anggotanya untuk melaksanakannya.
2.     Ta’winu Baitim Muslim (Membentuk Keluarga Muslim)
Umma Farida (2014) di dalam Jurnal Penelitian STAIN Kudus,
Setiap sistem politik pasti harus menyesuaikan diri dengan masalah-masalah yang muncul di masyarakat dan mengubah cara pandang mereka terhadap masa depan.

Keluarga sebagai bagian terkecil dari masyarakat, ini sangat berperan penting bagi pembangunan strategi berdakwah. Mengingat keluarga merupakan madrasah pertama bagi sosial.
3.     Irsyadul Mujtama’ (Menyadarkan Masyarakat)
Perkembangan IM di Kairo pun dapat dilihat dari penerbitan majalah-majalah yang mencerminkan gerakannya. Majalah-majalah yang berhasil dicetak oleh perusahaan tersebut antara lain; majalah Al-Ikhwan Al-Muslimun (IM), dan Majalah An-Nadzir, keduanya cetak secara mingguan. Majalah-majalah tersebut digunakan sebagai corong dakwah Ikhwanul Muslimin baik dalam menyebarkan ajaran agama islam maupun membendung arus kristenisasi di Mesir—hal ini menyadarkan masyarakat tentang pentingnya ber-Islam.
4.     Tahrirul Wathan (Membebaskan Negeri)
Segala upaya dan usaha telah dilakukan untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Dari sinilah para pemimpin pemikir, penulis, orator, dan wartawan menyerukan gaung pembebasan atas nama nasionalisme dan kebangsaan. Bagi Ikhwanul Muslimin, gaung pembebasan atas nama nasionalisme dan kebangsaan adalah sesuatu hal yang sangat baik dan indah.
5.     Islahul Hukumah (Memperbaiki Pemerintahan)
Pada tahap ini IM berusaha untuk masuk ke dalam pemerintahan dengan jalur politik walaupun sering terjadi batu sandungan oleh musuh-musuhnya. Pergulatan Ikhwanul Muslimin dengan pemerintah Mesir sering diwarnai adanya konspirasi, penindasan, yang kemudian disambut dengan demonstrasi dan persaingan merebut kekuasaan. Pemerintah Mesir berusaha menghalangi Ikhwan dalam persaingan pemilu dengan memalsukan hasil pemilu, menghalangi para calon dan menangkap para aktivis Ikhwanul Muslimin.
6.     I’adatul Qiyanid Daulih lil Ummati Islamiyyah (Mengembalikan Peran Umat Islam dalam Percaturan Internasional)
Jika Negara telah menerapkan suatu sistem Islam, peran umat dapat dikembalikan sebagaimana sistem yang dianut. Platform dan gerakan dakwah yang dilakukan tidak lepas dari masyarakat (dalam hal ini umat). Bahkan tidak hanya dalam wilayah dakwah, melainkan lebih luas lagi, memasuki wilayah sosial dan politik. Sebagaimana dikemukakan Hassan Al-Banna bahwa Ikwanul Muslimin tidak menafikan gerakan sosial-politik, asal ia diperuntukkan bagi perbaikan umat (islah  ummah).
7.     Mustadziatul A’lam (Menjadi Guru bagi Alam Semesta)
Yang dimaksud guru dalam hal ini adalah petunjuk dari Al-Quran dan sunnah yang telah diterapkan secara kaffah. Ini juga disebut sebagai islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, suatu keniscayaan yang patut diimani bahwa Islam akan menjadi jaya dan bangkit. Hasan berkeyakinan bahwa Islam adalah suatu agama yang sempurna dan lengkap dengan segala sistem yang dibutuhkan bagi kehidupan umat Islam, termasuk sistem-sistem politik, ekonomi dan sosial, dan bahwa untuk meraih kembali kejayaan umat Islam tidak perlu meniru Barat.

Refferensi
Indria Nur,  Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam  Imam Hasan Al-Banna, (Papua: STAIN SORONG, 2014), hal. 7
Umma Farida,  Peran Ikhwanul Muslimin dalamPerubahan Sosial Politik diMesir, (Kudus: STAIN Kudus, 2014), lihat hal. 51
Soliqin, Keterlibatan Ikhwanul Muslimin Dalam Revolusi Mesir 2011, (Yogyakarta: UNY, 2015), lihat hal. 8
M. Anwar Zein, Sikap Ikhwanul Muslimin Tentang Nasionalisme dan Relevansinya Dengan Konsepsi Ummah, (Lamongan: Al-Daulah, 2013), lihat hal. 166
Umma Farida,  Peran Ikhwanul Muslimin dalamPerubahan Sosial Politik diMesir, (Kudus: STAIN Kudus, 2014), lihat hal. 46
Fakhrurozi, Aktivitas Dakwah Hasan Al-Banna (Analisis Metode dan Media Dakwah), (Semarang: IAIN Walisongo, 2009), lihat hal. 70


1 komentar:



  1. Salam wa rahmah
    Dialog pria muslim

    Jawapan:

    "Pembaharuan vs. Penghapusan Sunnah Rasulullah SAW"?

    1. Bukan semestinya setiap 100 tahun ada seorang mujaddid.

    2. Dan pengertian "mujaddid" bukanlah dalam konteks menghapuskan sebahagian Sunnah Rasulullah SAW.

    3. Sehingga melakukan sebahagian Sunnah Rasulullah SAW dikira bidaah pula?

    4. Menziarah kubur Nabi SAW dikira bidaah oleh Wahabi. Sedangkan ia adalah tidak. Fatimah Zahra' telah menziarahi kubur bapanya.

    5. Tidakkah para sahabat menziarahi kubur Nabi SAW, Abu Ayyub al-Ansari meratap dan bertawassul di kubur Nabi SAW?

    6. Hadis mengenai tajdid adalah hadis yg lemah (dha'if).

    7. Ia tidak ada dalam Sahih al-Bukhari dan Muslim.

    8. Kenapa mereka tidak menyebut Imam Ali, Imam Hasan, Imam Husain sebagai "mujaddidun" selepas Rasulullah saw?

    9. Ini disebabkan "mereka" bukan"mujaddidun" (mufrad mujaddid).

    10. Mereka adalah muslihuun.

    11. Justeru, mana-mana pembaharuan dalam Islam tidak boleh menyalahi al-Qur'an dan Hadis.

    12. Menurut Khalifah Ali AS bahawa Khalifah-khalifah sebelumnya, mereka telah mengubah Sunnah Rasulullah dengan sengaja.

    13. Justeru, ia bukan pembaharuan namanya, malah ia adalah penghapusan Sunnah Rasulullah SAW itu sendiri.

    14. Khalifah Ali AS telah berkata: Khalifah-khalifah sebelumku telah mengubah Sunnah Rasulullah SAW dengan sengaja, sila rujuk:

    https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWY0dEVk9UekR1c0E/view?usp=drivesdk

    https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWejJIMF9JMXE5blE/view?usp=drivesdk

    https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWdXZubUJzRHllXzQ/view?usp=drivesdk

    https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWNkFHUnRNYld6N1k/view?usp=drivesdk

    https://drive.google.com/file/d/1VekxM-_yYqUhFQnSRynylmHKBg65OSnx/view?usp=drivesdk

    almawaddah.info



    BalasHapus