Minggu, 28 Januari 2018

Passion is fake, is not it? (cerita inspiratif)

  

Berjuang untuk keinginan hati terdalam atau menjalani apa yang ada adalah hantu terbesar yang perna aku rasakan. Bosan, tapi terus menghinggap.

Lalu bertanya, apakah dunia yang kujalani saat ini adalah takdir, sementara hati ini tak sanggup, otak inipun tak mampu, merasa bukan pada bidangnya. Sekali lagi! Apakah ini takdir?

Haruskah bertahan? Dengan belajar, belajar dan belajar, mencoba memahami dan memaksa memahami. Perih memang. Pahit dirasa, hati ini tak sanggup. Aku merasa kecewa bukan main. Ketika yang diperjuangkan berbuah bak biji duku yang tergigit. PAHIT!

Aku hafal betul dengan kata bersakit-sakit dahulu bersenang senang kemudian. Namun sepertinya tidak buat aku. Katanya kuliah itu tinggal ekspos kemampuan kita, mengembangkan passion kita dan menikmati perjuangan yang memang harus dikembangin bukan malah belajar dari awal dan harus dimengerti bahkan memaksa diri untuk memahami. Bukan awal yang hurapkan. Perih.

Ingin ku kabur dari kampus ini, dari jurusan ini.

AAAARRRGGGHHHH!!!

Aku lagi kenapasih? Dari kemarin pikiran ini sangat mengganggu. Kuliahku mengganggu!! Aku tak suka. Pokoknya aku ingin bilang ke bapak sama ibu kalau aku gak mau kuliah. Ini bukan passionku!!

Mika is calling….

Tumben amat ini anak nelfon…

“Halo, Assalamualaikum. Gimana ka?”

“Wa’alaikumsalam. Taaaa!! Gaji aku udah cukup buat daftar kuliah!!”

 “haaaa??!!! Emang kamu jadi mau kuliah?”

“Iyadonggg. Kan niat aku mau kerja dulu ngumpulin uang terus aku kuliah!”

haaa? Yakin nih si mika mau kuliah? Aku aja udah mau kabur. Capek. Males.

“terus nih ya ta.. aku pengen aja bahagiain orang tua aku gitu. Pokoknya kalau ada info-info pendaftaran mahasiswa baru dikampusmu bilang ya ta”

“iya okeoke siap komandan. Btw, aku lagi nugas nih. Ntar lanjut lagi ya. Bye!”

bukan karna aku nugas lalu mengakhiri telfon mika. Itu hanya bullshit! Ya itu hanya alasan karena aku sudah muak bicara tentang kuliah. Sudahku bilangkan? Aku sudah capek!

Rasanya udah gak kuat sama dunia kuliah karna aku nggak nemuin passionku disini. Pengen cuti dan ngafal Qur’an ajah. Atau aku mangkir aja sampai di DO? Ah sudahlah! Rasanya aku hanya ingin mengakhiri apa yang sudah kumulai. Mengakhiri hafalanku sampai tamat 30 juz. Bukankah ketika kita memulai harus ada yang diakhiri? Layaknya pertemuan dan perpisahan?

FIX aku ingin berhenti kuliah dan mempelajari Al-Qur’an saja seperti beberapa teman SMA ku di boarding school. Kuingin seperti mereka yang menjalani hidup tanpa beban. Dan aku rasa, mempelajari Al-Qur’an adalah passion semua orang.

Tapi… yang jadi masalah, apa aku berani bilang bapak ibu? Sedangkan mereka sudah berharap banyak dengan anaknya ini.

Aaaaarrgghhhh!!!

Aku frustasi. Kujalani mual. Kuakhiripun tak tega.

Teringat bapak pernah bilang:

“kamu sudah kelas 3 SMA ya nduk? Bapak pengin kamu kuliah. Meneruskan cita-cita bapak yang ingin kuliah tak tercapai karna faktor biaya. Yah walaupun bapakmu ini seorang petani yang uangnya pas-pasan. Tapi bapak berharap banyak sama kamu”

hmmm. Makin ngerasa bersalahkan kalau inget kata-kata bapak. Kulihat jam sudahn jam 22.23 WIB. Sudahlah pikirkan kapan-kapan saja. aku harus tidur. Besok kuliah pagi!

------------------

Pukul 08.50 dikampus

Drrrrrtttttttt. Drrrrttttttt. Ada WA masuk

“Ping”
“ta, lagi dikampus enggak?”

tumben amat si tasya wa.

“iya sya. Baru keluar jam pertama nih. Knp ?”

Ternyata tasya minta reuni. Berdua. Ya reunian berdua.

---DIKAFE DEKAT KAMPUS---

“eh ta, katanya si mika bakal nyusul kesini ya?” kata tasya

topic berat. Ngomongin kampus -__-
“gatausih, kemarin emang nanya-nanya gitu tentang kampus ke aku.  Mungkin mika kira enak apaya kuliah (?)”

“loh, maksudmu apa? Bukannya dari SMA kamu yang paling semangat buat kuliah ya? Aku aja seneng banget. Ah rasanya indahhhhhh,” tasya mengangkat tangannya lalu digenggam dan disimpan dideket pipi sambil berbinar “yah walaupun anak akuntansi dicap pelit. Tapi akusih bodoamat. Yang penting aku baik gak pelit”

terserah kamu sya mau ngomong apa. Akusih bodoamat. Mau berhenti. Bentar lagi kita gak ketemu sesering ini lagi.

“kamu kenapadeh ta? Diem aja. Jutek gitu. Cepet tua baru tau rasa!”

lah, si tasya peka.

“kalau aku berhenti kuliah gimana ya ta?” tanyaku ragu

“yaudah simple. Tinggal berhenti trus bapak-ibu kamu sedih”

“iiihhhh!!! Apaansih? Orang cuman nanya jawabannya begitu” kezel akoh -,-

“dengerin aku ya ta. Aku tau kamu gak suka masuk arsitektur yang kamu bilang nyapein, trus harus menggambar menggaris tanpa penggaris, tidak boleh menggunakan penghapus, harus menggunakan teknik tebal-tipis, rendering (arsiran) untuk menghasilkan bayangan, dan digambar secara perspektif,. Yah, itu semua yang enggak kamu suka suka ditambah harus memiliki kemampuan mewarnai dan kemampuan berpikir spasial. Yah, kurang lebih semua itu kamu gak suka. Aku tau taaa. 3 tahun seatap bareng kamu. Bahkan kita sekarang sekampus.”

Aku cuman diem dengerin tasya ngomong. Sambil mikir kenapa ini anak tau banget sih? Ah tasya emang BFF banget!!! Tapi ini keknya dia serius.

“kamu tau kenapa aku hafal banget tentang kamu?”

“kenapa?” jawabku

“kamu ngomong begitu tiap aku main kekosan kamu. Bahkan setiap kita ketemu! Gimana gak hafal? Kamu itu kurang bersyukur. Istigfar banyak-banyak. Sekarang aku udah gak bisa diem aja dengerin keluh kesah kamu yang gak ada untungnya itu”

Speechless

“Taaa, Cinta Annisa Nabila. Dengerin aku baik-baik. Passion adalah fake. Karna didunia ini ya begini keadaannya dan mau gak mau, suka gak suka ya emang harus dijalani. Karna diluar sana banyak orang yang pengin dapetin posisi kaya kita ta. Betapa banyak orang diluar sana yang gak bisa sekolah gara-gara gak punya uang. Dan kita masih mikirin soal passion? Mari kita pelajari tentang passion ta. Agar kita tau bagaimana caranya bersyukur. Ketika kita sudah memilih jalan hidup, maka kita sudah wajib untuk menyelesaikannya.”

Ada jeda. Dan aku masih diam

“Coba kita bayangin, ibadah itu wajibkan? Apa kita harus nunggu passion dulu? Nunggu sesuai kita pengennya dulu? Please deh taaaaa. semua itu emang sudah kewajiban dan kita harus siap ngejalaninnya. Beribadah, menuntut ilmu, dan kerja. Semua itu adalah kewajiban. Apa kita harus passion dulu?  Bisa bisa kita mati kelaparan.” Tasya tarik nafas

“Cinta, menurutku, hakikatnya ketika kita bisa makan, lenje-lenje, tidur nyenyak aja udah Alhamdulillah. Diluar sana masih banyak orang yang kekurangan dan berharap jadi seperti kita saat ini. Apalagi kalau kuliahnya dibantu, entah lewat beasiswa, SNMPTN, SPAN, channel sekolah, dll. Sangat disayangkan kalau kita menyia nyiakan begitu sajah. Ayo taaa, bersyukur. Udah saatnya kita melalui ujian dari Allah. Kamu itu sedang di uji, Allah ingin kamu melalui ujiannya dengan baik. Aku yakin kamu bisa. Bahkan, dengan kamu yang sesibuk sekarang, aku yakin kamu bisa menambah hafalan. Aku tau kamu akhir-akhir ini hanya murajaah tanpa menambah hafalanmu. Aku yakin kamu bisa jadi arsitek yang hafal Al-Qur’an nantinya. Itu semua bisa mewujudkan cita-cita bukan? Cita-citamu dan orangtuamu”

aku nangis. Tasya benar. Aku gak bersyukur. Aku harus melalui ujian ini dengan baik

“sya, makasih. Aku rasa kamu lagi kesambet!” jawabku sambil tertawa

“eh dasar! Temen macem apa loh?”

“hahahhahaha” tawa kami bersama

---3 tahun berlalu---

“para wisudawan bisa duduk kembali”


Yap! Hari ini aku wisuda. Aku rasa aku hampir selesai menyelesaikan ujian ini. Dan tentang hafalan, aku juga sudah menyelesaikannya 2 bulan kemarin. Setelah percakapan dengan tasya disemester 2 lalu, aku sadar hidup itu harus disyukuri. Bukan ketika kita tak suka maka kita tinggalkan. Dan bukankah yang buruk bagi kita belum tentu buruk bagi Allah?

-END-



PS. Cerita ini terinspirasi dari kisah nyata dan diskusi diobrolan grup whats*pp alumni SMA saya. Dan juga ada kata-kata diawal yang saya kutip digambar status seseorang tanpa mengetahui siapa pengarang tulisan miring diatas. Semoga bermanfaat

3 komentar:

  1. bagus sa, buat novel keren kayaknya :)

    BalasHapus


  2. Salam wa rahmah
    Dialog pria muslim

    Jawapan:

    "Pembaharuan vs. Penghapusan Sunnah Rasulullah SAW"?

    1. Bukan semestinya setiap 100 tahun ada seorang mujaddid.

    2. Dan pengertian "mujaddid" bukanlah dalam konteks menghapuskan sebahagian Sunnah Rasulullah SAW.

    3. Sehingga melakukan sebahagian Sunnah Rasulullah SAW dikira bidaah pula?

    4. Menziarah kubur Nabi SAW dikira bidaah oleh Wahabi. Sedangkan ia adalah tidak. Fatimah Zahra' telah menziarahi kubur bapanya.

    5. Tidakkah para sahabat menziarahi kubur Nabi SAW, Abu Ayyub al-Ansari meratap dan bertawassul di kubur Nabi SAW?

    6. Hadis mengenai tajdid adalah hadis yg lemah (dha'if).

    7. Ia tidak ada dalam Sahih al-Bukhari dan Muslim.

    8. Kenapa mereka tidak menyebut Imam Ali, Imam Hasan, Imam Husain sebagai "mujaddidun" selepas Rasulullah saw?

    9. Ini disebabkan "mereka" bukan"mujaddidun" (mufrad mujaddid).

    10. Mereka adalah muslihuun.

    11. Justeru, mana-mana pembaharuan dalam Islam tidak boleh menyalahi al-Qur'an dan Hadis.

    12. Menurut Khalifah Ali AS bahawa Khalifah-khalifah sebelumnya, mereka telah mengubah Sunnah Rasulullah dengan sengaja.

    13. Justeru, ia bukan pembaharuan namanya, malah ia adalah penghapusan Sunnah Rasulullah SAW itu sendiri.

    14. Khalifah Ali AS telah berkata: Khalifah-khalifah sebelumku telah mengubah Sunnah Rasulullah SAW dengan sengaja, sila rujuk:

    https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWY0dEVk9UekR1c0E/view?usp=drivesdk

    https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWejJIMF9JMXE5blE/view?usp=drivesdk

    https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWdXZubUJzRHllXzQ/view?usp=drivesdk

    https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWNkFHUnRNYld6N1k/view?usp=drivesdk

    https://drive.google.com/file/d/1VekxM-_yYqUhFQnSRynylmHKBg65OSnx/view?usp=drivesdk

    almawaddah.info



    BalasHapus