Kammi bersahabat

Persahabatan Kammi UIN Walisongo dengan EGM lain di Kampus. Mantab!

Kammi dan Pak Gubernur

Manifesto Reformasi memperingati 108 Tahun Hari Kebangkitan Nasional, bersama Pak Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah

Ketua Kammi Komisariat UIN Walisongo

Pelantikan Ketua Kammi UIN Walisongo oleh Akh Zakaria, Sekjen KAMDA Semarang

Aksi Kammi

KAMMI Semarang adakan aksi di Gedung Gubernuran menyampaikan aspirasinya

Kammi siap berjuang

Aktivis Dakwah Kammi yang siap tuntaskan perubahan

Selasa, 26 September 2017

Manajemen Layang-Layang

Masihkan teman-teman mengingat permainan tradisional yang satu ini? Yah, layang-layang. Sebuah permainan yang hampir semua kalangan menyukainya. Baik anak-anak, remaja, dewasa dan orangtua sekalipun. Kali ini penulis ingin mengajak teman-teman semua untuk belajar dari permainan ini.
Permainan yang konon katanya telah ada berabad-abad adanya. Sejak pemerintahan Dinasti Han di Cina, kurang lebih 3000 tahun silam. Bentuk dan pemanfaatan layang-layang pada zaman itu pun berbeda dengan sekarang, bukan sekadar untuk hiburan semata. Seperti lirik lagu layang-layang ciptaan Indonesia ini misalnya.
“Kuambil buluh sebatang
Kupotong sama panjang
Kuraut dan kutimbang dengan benang
Kujadikan layang-layang
Bermain berlari
Bermain layang-layang
Berlari kubawa ke tanah lapang
Hatiku riang dan senang”
Semoga teman-teman masih mengingat lirik lagu sederhana ini. ;)


Jika ada sebuah pertanyaan, kapankah teman-teman terakhir memainkan layang-layang? Masih ingatkah?
Di sadari atau tidak, untuk memainkan permainan ini butuh yang namanya sebuah teori. Teori? Yah. Karena tak semudah mata memandang untuk lincah memainkannya. Bagi mereka yang baru pertama kali memainkannya pasti akan kesusahan untuk dapat mengudarakan layang-layang.
Walau hanya terbuat dari sebuah buluh bambu yang ringan seperti lirik lagu di atas. Tetap saja tidak akan naik jua jika teman-teman bermain tanpa teori. Bukankah seperti itu?
Lalu, apa hubungannya dengan manajemen? Sebelum itu, izinkan penulis menjelaskan apa itu manajemen. Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris, "Manage" yang memiliki arti mengelola/mengurus, mengendalikan, mengusahakan dan juga memimpin. Manajemen adalah sebuah proses dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara bekerja secara bersama-sama dengan orang-orang dan sumber daya yang dimiliki organisasi. Ya, secara sederhana pengertian manajemen bisa diartikan seperti itu.
Segala sesuatu di ciptakan oleh Maha Pencipta tidaklah sia-sia dan semua telah berada dalam timbangan-Nya, seperti termaktub dalam Kalam-Nya (QS.3:191). Nah, pernahkah terlintas dari benak teman-teman untuk melakukan sebuah manajemen seperti layang-layang? Baik manajemen diri sendiri, pengasuhan anak dalam keluarga ataupun sebuah organisasi. Dengan penganalogian cara memainkannya yang di tarik dan di ulur.
Di dalam sebuah organisasi misalnya, semua visi dan misi serta tujuan akan di katakan baik jika manajemennya berada dalam satu jalur lintasan organisasi itu sendiri. Di dalam sebuah kelompok atau organisasi pasti teman-teman maupun penulis akan menemukan sosok seseorang yang ghirah (semangat) tinggi dalam menjalankan tugas atau menjalankan sesuai kewajibannya. Bahkan ada yang sebaliknya.  
Pada hakikatnya, setiap diri manusia butuh rasa dihargai dan diakui. Sekecil apapun usaha mereka. Dalam dunia anak-anak, untuk menumbuhkan rasa percaya diri mereka tak lain dengan diakui bahwa si anak bisa melakukaknnya. Begitupun dengan orang dewasa. Tak harus memberikan sebuah barang yang mahal untuk menghargai mereka, dengan kata-kata yang beraura positif itu pun sudah cukup.
Kembali ke teori layang-layang. Sebuah layang-layang yang hendak teman-teman udarakan tak akan pernah berhasil jika selalu di tarik dan tidak pernah di ulur. Begitu pun sebaliknya, layang-layang pun tak akan mengudara jika hanya di ulur saja. Bahkan, layang-layang itu akan tetap diam di tempat.
Butuh strategi atau cara, kapan layang-layang membutuhkan tarikan dan uluran dari sang pemain. Atau kalau tidak, kita hanya bisa berhayal dapat mahir bermain layang-layang tanpa itu semua. Sama ketika teman-teman berada dalam lingkungan organisasi. Apalagi ada yang menjabat sebagai inti dari organisasi tersebut.
Uluran yang penulis maksud ialah sebuah kelonggaran atau sebuah reword (penghargaan) yang di berikan bagi yang memang telah mendukung tercapainya sebuah tujuan organisasi tersebut. Begitupun dengan tarikan, sebuah teguran atau hukuman yang harus di berikan bagi anggota yang pantas mendapatkannya karena telah berada di luar jalur lingkaran.
Semua adalah pilihan. Meski banyak yang mengatakan bahwa semua yang kita lakukan itu tak memerlukan yang namanya pujian dan berporos pada niat, tapi secara tidak langsung KAMMI butuh itu. Seseorang yang telah kuat dalam tekadnya bukan berarti ia tidak membutuhkan yang namanya penyemangat atau dukungan lagi. Tentunya, dalam garis dan kadar secukupnya. Tidak melampaui batas. Karena setiap manusia memiliki aktivitas psikis yang pasti ia lakukan. Wallahu’alam.

Memahami Dampak Hoax bersama Jagten




Jagten a.k.a The Hunt adalah film karya Thomas Vinterberg yang keluar pada tahun 2012. Film asli Negara Denmark ini merahi 36 Penghargaan dari 66 Nominasi dan 3 diantaranya adalah Cannes Film Festival. Dengan Mads Miekelsen sebagai Lucas sang tokoh utama, film ini berceritakan tentang guru TK yang  hidup sendirian sambil berjuang untuk mendapatkan hak Asuh anaknya. Ketika hidupnya mulai membaik karena akhirnya menemukan kekasih dan anaknya dibolehkan tinggal bersamanya. Tapi Hidup mulai berubah dikarenakan kebohongan polos seorang anak kecil. Anak kecil yang bernama Klara ini berbohong kepada kepala sekolah bahwa dia telah dicabuli oleh Lucas. Kepala sekolah yang terburu-buru mengambil keputusan untuk menyebarkan info ini pada Asosiasi Orangtua & Guru pun seperti menyebar minyak pada api. Kehidupan lucas pun mulai hancur, dia kehilangan pekerjaan, kekasih, sahabat bahkan anak dan anjing miliknya pun tak luput dari kemarahan.
          Kalau kita tarik dalam kehidupan kita maka Jagten adalah cerminan yang tepat dengan gencarnya isu Hoax di dunia maya maupun nyata. Bagaimana satu artikel bisa membuat nama oranglain tercemar. Bagaimana satu bisik-bisik tentangga bisa menciptakan hukuman sosial. Sungguh itulah mengapa Agama kita sangat menganjurkan untuk Tabayyun.
          Sebagai contoh kasus, BCC pernah membuat berita perihal Hoax bisa menghancurkan kehidupan seseorang. Ada Meme Foto sebuah keluarga Asia yang dimana Anak-anaknya tidak ada yang mirip dengan orangtuanya. Sang wanita yang ada disitu adalah Heidi Yeh, seorang model asal Taiwan yang dibayar untuk iklan tapi dia tidak tahu kalau ternyata bentuk akhir iklannya menjadi seperti itu. Banyak rumor dibalik Meme itu tapi semuanya Hoax, bahkan keluarga dan tunangan Heidi bertanya tentang kebeneran meme itu. Heidi pada akhirnya berani untuk menuntut perusahaan yang menciptakan iklan itu. Tapi apakah internet peduli pada kelanjutan kisahnya? Tentu saja tidak. Bad news is a Good News.
          Lalu apa konklusi dari semua ini? Pertama, tentu kita harus menjadi pribadi yang cerdas nalar dan daya kritisnya untuk bisa menilai sebuah berita hoax atau tidak. Kedua, biasakanlah tabayyun sebelum memencet tombol share. Ketiga, hilangkan mindset “semua berita jelek tentang musuh adalah benar dan berita tentang idola adalah Hoax”. Keempat sekaligus terakhir jangan membiasakan diri menjadikan opini sebagai fakta. Semoga dengan tulisan ini kita semakin waspada dan kritis dengan isu-isu hoax.

Penulis bisa dihubungi Melalui IG & Twitternya di : @Wafaplayground

Jumat, 22 September 2017

Tadabbur Ayat: Sains dalam Al-Qur’an pada Proses Penciptaan Manusia



Oleh: Budiman Prastyo
Ketua Departemen Kajian dan Strategi

وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ مِن سُلَٰلَةٖ مِّن طِينٖ ١٢  ثُمَّ جَعَلۡنَٰهُ نُطۡفَةٗ فِي قَرَارٖ مَّكِينٖ ١٣ ثُمَّ خَلَقۡنَا ٱلنُّطۡفَةَ عَلَقَةٗ فَخَلَقۡنَا ٱلۡعَلَقَةَ مُضۡغَةٗ فَخَلَقۡنَا ٱلۡمُضۡغَةَ عِظَٰمٗا فَكَسَوۡنَا ٱلۡعِظَٰمَ لَحۡمٗا ثُمَّ أَنشَأۡنَٰهُ خَلۡقًا ءَاخَرَۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحۡسَنُ ٱلۡخَٰلِقِينَ ١٤
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (QS. Al-Mu’minun[23]: 12-14).

di dalam Tafsir Ibnu Katsir,

قول تعالى مخبرا عن ابتداء خلق الإنسان من سلالة من طين ، وهو آدم ، عليه السلام ، خلقه الله من صلصال من حمأ مسنون .
وقال الأعمش ، عن المنهال بن عمرو ، عن أبي يحيى ، عن ابن عباس ):  من سلالة من طين)  قال : صفوة الماء .
وقال مجاهد ):  من سلالة  أي : من مني آدم .
قال ابن جرير : وإنما سمي آدم طينا لأنه مخلوق منه .
وقال قتادة : استل آدم من الطين . وهذا أظهر في المعنى ، وأقرب إلى السياق ، فإن آدم ، عليه السلام ، خلق من طين لازب ، وهو الصلصال من الحمأ المسنون ، وذلك مخلوق من التراب ، كما قال تعالى  ) :  ومن آياته أن خلقكم من تراب ثم إذا أنتم بشر تنتشرون ]  ( الروم : 20 [ .

Allah Ta’ala berfirman menceritakan permulaan kejadian manusiayang dibentuk dari saripati tanah, yaitu Adam, ‘alaihissalam, Allah menciptakan Adam dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Al-A’masy berkata, dari Al-Minhal ibn ‘Amr, dari Abu Yahya, dari Ibn ‘Abbas: sehubung dengan makna firman-Nya (Dari saripati (berasal) dari tanah), yakni dari saripati air.
Mujahid mengatakan: sehubung dengan makna (min sulaalatin) artinya air mani anak Adam.
Ibnu Jarir mengatakan: sesungguhnya manusia pertama dinamakan Adam karena ia diciptakan dari tanah liat.
Qatadah berkata: anak adam dicpitakan dari tanah liat.
Pendapat ini lebih jelas pengertiannya dan lebih mendekati konteks ayat, karena sesungguhnya anak diciptakan dari tanah liat, yaitu tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Hal ini berarti Adam diciptakan dari tanah, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman:
 )وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَكُم مِّن تُرَابٖ ثُمَّ إِذَآ أَنتُم بَشَرٞ تَنتَشِرُونَ(
الروم : 20
Makna saripati tanah (inti sari tanah) juga secara semantik dijelaskan dalam tafsir Jalalayn,
(Dan) Allah telah berfirman, (Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia) yakni Adam (dari suatu sari pati)lafal Sulaalatin berasal dari perkataan Salaltusy Syai-a Minasy Syai-i, artinya aku telah memeras sesuatu daripadanya, yang dimaksud adalah inti sari dari sesuatu itu (berasal dari tanah).

 ثُمَّ جَعَلۡنَٰهُ نُطۡفَةٗ فِي قَرَارٖ مَّكِينٖ ١٣
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)

)ثم جعلناه نطفة) : هذا الضمير عائد على جنس الإنسان ، كما قال في الآية الأخرى  ):  وبدأ خلق الإنسان من طين ثم جعل نسله من سلالة من ماء مهين ] ( السجدة : 7 ، 8 [

Dhamir yang terdapat pada ayat ini kembali pada jenis manusia, sama halnya dengan apa yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya: (Dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air hina) [As-Sajadah: 7-8].
            Ayat-ayat diatas menjelaskan bahwa manusia berasal dari tanah. Tanah merupakan unsur terpenting yang melengkapi susunan tubuh manusia.  Dari unsur tanah ini, pross penciptaan  berlanjut tahap demi tahap dalam bentuk komposisi kimiawi yang sangat diperlukan untuk penyusun tubuh manusia. Susunan tubuh manusia berdasarkan biokimia tersusun dari Karbohidrat, Lemak, dan Protein. Komponen tersebut banyak ditemukan di dalam tanah .Dengan melalui proses kimia akan membentuk gugusan atom (molekul) penyusun tubuh . Unsur- unsur tersebut yaitu Karbonat (CO3), Oksigen (O2), Hidrogen (H2), Pospor (P), Kalsium (Ca), Votasium,Sodium, Magnesium (Mg), Besi (Fe), Tembaga (Cu), Yodium(Y), Florit, Kobalt (Co), Seng (Zn), Silikon (Si) dan Aluminium (Al).
            Dalam Ayat selanjutnya, Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan kata Rahim, membandingkan dengan ayat Qur’an surat Al-Mursalat: 20-21. Rahim sebagai tempat yang kokoh dalam penyimpanan bakal individu.

ثُمَّ خَلَقۡنَا ٱلنُّطۡفَةَ عَلَقَةٗ فَخَلَقۡنَا ٱلۡعَلَقَةَ مُضۡغَةٗ فَخَلَقۡنَا ٱلۡمُضۡغَةَ عِظَٰمٗا فَكَسَوۡنَا ٱلۡعِظَٰمَ لَحۡمٗا ثُمَّ أَنشَأۡنَٰهُ خَلۡقًا ءَاخَرَۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحۡسَنُ ٱلۡخَٰلِقِينَ ١٤
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

           Ibrahim, I.A (2008) menjabarkan secara harfiah, kata alaqah memiliki tiga arti: (1) lintah, (2) sesuatu yang tergantung, dan (3) gumpalan darah. Apabila ditinjau dari arti pertama, janin memiliki karakteristik yang sama dengan lintah, dimana masih menghisap (bergantung) dengan yang lainnya—mendapatkan sumber makanan dari induknya. Dalam artian segumpal darah ini sudah begitu jelas menunjukkan bahwa memang substansi janin terdiri dari darah yang menggumpal. Fakta lain, darah dalam janin tidak mengalir hingga akhir minggu ketiga—hal ini juga dapat dikatakan bahwa darah ini menggumpal.
Pada tahun 1981, dalam Konferensi Medis Ketujuh di Dammam, Arab Saudi, Profesor Moore mengatakan: “Saya sangat berbahagia dapat memberi penjelasan atas pernyataan-pernyataan dalam Al Qur’an mengenai tahap-tahap perkembangan janin manusia.” Profesor Moore sangat mengagumi bahwa Al-Qur’an juga telah menjabarkan secara lengkap (susunan pembentukan individu manusia) jauh sebelum teknologi kedokteran ditemukan. Hal ini terlalu modern pada zaman pada waktu itu (masa kerasulan).
Banyak fakta-fakta Al-Qur’an yang sebenarnya membuat bingung para saintis. Fakta-fakta ini merupakan bagian kecil saja yang dapat diungkap dalam tulisan ini, yang membuka wawasan mengenai dunia sains modern. Bagaimana mungkin, Al-Qur’an yang sudah dirisalahkan kepada Nabi Muhammad 1400an yang lalu ini dapat bersifat ilmiah-modern. Dari manakah Nabi Muhammad mendapat informasi itu semua?. Allah Subhanahu wa ta’ala dengan firman-Nya, dan zat-Nya Yang Maha Haq yang Menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi orang-orang yang berpikir.

Wallahu a’lam