Selasa, 26 September 2017

Memahami Dampak Hoax bersama Jagten




Jagten a.k.a The Hunt adalah film karya Thomas Vinterberg yang keluar pada tahun 2012. Film asli Negara Denmark ini merahi 36 Penghargaan dari 66 Nominasi dan 3 diantaranya adalah Cannes Film Festival. Dengan Mads Miekelsen sebagai Lucas sang tokoh utama, film ini berceritakan tentang guru TK yang  hidup sendirian sambil berjuang untuk mendapatkan hak Asuh anaknya. Ketika hidupnya mulai membaik karena akhirnya menemukan kekasih dan anaknya dibolehkan tinggal bersamanya. Tapi Hidup mulai berubah dikarenakan kebohongan polos seorang anak kecil. Anak kecil yang bernama Klara ini berbohong kepada kepala sekolah bahwa dia telah dicabuli oleh Lucas. Kepala sekolah yang terburu-buru mengambil keputusan untuk menyebarkan info ini pada Asosiasi Orangtua & Guru pun seperti menyebar minyak pada api. Kehidupan lucas pun mulai hancur, dia kehilangan pekerjaan, kekasih, sahabat bahkan anak dan anjing miliknya pun tak luput dari kemarahan.
          Kalau kita tarik dalam kehidupan kita maka Jagten adalah cerminan yang tepat dengan gencarnya isu Hoax di dunia maya maupun nyata. Bagaimana satu artikel bisa membuat nama oranglain tercemar. Bagaimana satu bisik-bisik tentangga bisa menciptakan hukuman sosial. Sungguh itulah mengapa Agama kita sangat menganjurkan untuk Tabayyun.
          Sebagai contoh kasus, BCC pernah membuat berita perihal Hoax bisa menghancurkan kehidupan seseorang. Ada Meme Foto sebuah keluarga Asia yang dimana Anak-anaknya tidak ada yang mirip dengan orangtuanya. Sang wanita yang ada disitu adalah Heidi Yeh, seorang model asal Taiwan yang dibayar untuk iklan tapi dia tidak tahu kalau ternyata bentuk akhir iklannya menjadi seperti itu. Banyak rumor dibalik Meme itu tapi semuanya Hoax, bahkan keluarga dan tunangan Heidi bertanya tentang kebeneran meme itu. Heidi pada akhirnya berani untuk menuntut perusahaan yang menciptakan iklan itu. Tapi apakah internet peduli pada kelanjutan kisahnya? Tentu saja tidak. Bad news is a Good News.
          Lalu apa konklusi dari semua ini? Pertama, tentu kita harus menjadi pribadi yang cerdas nalar dan daya kritisnya untuk bisa menilai sebuah berita hoax atau tidak. Kedua, biasakanlah tabayyun sebelum memencet tombol share. Ketiga, hilangkan mindset “semua berita jelek tentang musuh adalah benar dan berita tentang idola adalah Hoax”. Keempat sekaligus terakhir jangan membiasakan diri menjadikan opini sebagai fakta. Semoga dengan tulisan ini kita semakin waspada dan kritis dengan isu-isu hoax.

Penulis bisa dihubungi Melalui IG & Twitternya di : @Wafaplayground

0 komentar:

Posting Komentar