Berjuang untuk keinginan hati terdalam atau
menjalani apa yang ada adalah hantu terbesar yang perna aku rasakan. Bosan,
tapi terus menghinggap.
Lalu bertanya, apakah dunia yang kujalani
saat ini adalah takdir, sementara hati ini tak sanggup, otak inipun tak mampu,
merasa bukan pada bidangnya. Sekali lagi! Apakah ini takdir?
Haruskah bertahan? Dengan belajar, belajar
dan belajar, mencoba memahami dan memaksa memahami. Perih memang. Pahit dirasa,
hati ini tak sanggup. Aku merasa kecewa bukan main. Ketika yang diperjuangkan
berbuah bak biji duku yang tergigit. PAHIT!
Aku hafal betul dengan kata bersakit-sakit
dahulu bersenang senang kemudian. Namun sepertinya tidak buat aku. Katanya
kuliah itu tinggal ekspos kemampuan kita, mengembangkan passion kita dan menikmati
perjuangan yang memang harus dikembangin bukan malah belajar dari awal dan
harus dimengerti bahkan memaksa diri untuk memahami. Bukan awal yang hurapkan.
Perih.
Ingin
ku kabur dari kampus ini, dari jurusan ini.
AAAARRRGGGHHHH!!!
Aku
lagi kenapasih? Dari kemarin pikiran ini sangat mengganggu. Kuliahku
mengganggu!! Aku tak suka. Pokoknya aku ingin bilang ke bapak sama ibu kalau
aku gak mau kuliah. Ini bukan passionku!!
Mika is calling….
Tumben
amat ini anak nelfon…
“Halo,
Assalamualaikum. Gimana ka?”
“Wa’alaikumsalam. Taaaa!! Gaji aku udah
cukup buat daftar kuliah!!”
“haaaa??!!! Emang kamu jadi mau kuliah?”
“Iyadonggg. Kan niat aku mau kerja dulu
ngumpulin uang terus aku kuliah!”
haaa?
Yakin nih si mika mau kuliah? Aku aja udah mau kabur. Capek. Males.
“terus
nih ya ta.. aku pengen aja bahagiain orang tua aku gitu. Pokoknya kalau ada
info-info pendaftaran mahasiswa baru dikampusmu bilang ya ta”
“iya
okeoke siap komandan. Btw, aku lagi nugas nih. Ntar lanjut lagi ya. Bye!”
bukan
karna aku nugas lalu mengakhiri telfon mika. Itu hanya bullshit! Ya itu hanya alasan
karena aku sudah muak bicara tentang kuliah. Sudahku bilangkan? Aku sudah
capek!
Rasanya
udah gak kuat sama dunia kuliah karna aku nggak nemuin passionku disini. Pengen
cuti dan ngafal Qur’an ajah. Atau aku mangkir aja sampai di DO? Ah sudahlah!
Rasanya aku hanya ingin mengakhiri apa yang sudah kumulai. Mengakhiri hafalanku
sampai tamat 30 juz. Bukankah ketika kita memulai harus ada yang diakhiri?
Layaknya pertemuan dan perpisahan?
FIX
aku ingin berhenti kuliah dan mempelajari Al-Qur’an saja seperti beberapa teman
SMA ku di boarding school. Kuingin seperti mereka yang menjalani hidup tanpa
beban. Dan aku rasa, mempelajari Al-Qur’an adalah passion semua orang.
Tapi…
yang jadi masalah, apa aku berani bilang bapak ibu? Sedangkan mereka sudah
berharap banyak dengan anaknya ini.
Aaaaarrgghhhh!!!
Aku
frustasi. Kujalani mual. Kuakhiripun tak tega.
Teringat
bapak pernah bilang:
“kamu
sudah kelas 3 SMA ya nduk? Bapak pengin kamu kuliah. Meneruskan cita-cita bapak
yang ingin kuliah tak tercapai karna faktor biaya. Yah walaupun bapakmu ini
seorang petani yang uangnya pas-pasan. Tapi bapak berharap banyak sama kamu”
hmmm.
Makin ngerasa bersalahkan kalau inget kata-kata bapak. Kulihat jam sudahn jam
22.23 WIB. Sudahlah pikirkan kapan-kapan saja. aku harus tidur. Besok kuliah
pagi!
------------------
Pukul 08.50 dikampus
Pukul 08.50 dikampus
Drrrrrtttttttt.
Drrrrttttttt. Ada WA masuk
“Ping”
“ta, lagi dikampus enggak?”
tumben
amat si tasya wa.
“iya
sya. Baru keluar jam pertama nih. Knp ?”
Ternyata
tasya minta reuni. Berdua. Ya reunian berdua.
---DIKAFE
DEKAT KAMPUS---
“eh
ta, katanya si mika bakal nyusul kesini ya?” kata tasya
topic berat. Ngomongin kampus -__-
“gatausih,
kemarin emang nanya-nanya gitu tentang kampus ke aku. Mungkin mika kira enak apaya kuliah (?)”
“loh,
maksudmu apa? Bukannya dari SMA kamu yang paling semangat buat kuliah ya? Aku
aja seneng banget. Ah rasanya indahhhhhh,” tasya mengangkat tangannya lalu
digenggam dan disimpan dideket pipi sambil berbinar “yah walaupun anak
akuntansi dicap pelit. Tapi akusih bodoamat. Yang penting aku baik gak pelit”
terserah kamu sya mau ngomong apa. Akusih
bodoamat. Mau berhenti. Bentar lagi kita gak ketemu sesering ini lagi.
“kamu
kenapadeh ta? Diem aja. Jutek gitu. Cepet tua baru tau rasa!”
lah, si tasya peka.
“kalau
aku berhenti kuliah gimana ya ta?” tanyaku ragu
“yaudah
simple. Tinggal berhenti trus bapak-ibu kamu sedih”
“iiihhhh!!!
Apaansih? Orang cuman nanya jawabannya begitu” kezel akoh -,-
“dengerin aku ya ta. Aku tau kamu gak suka
masuk arsitektur yang kamu bilang nyapein, trus harus menggambar
menggaris tanpa penggaris, tidak boleh menggunakan penghapus, harus menggunakan
teknik tebal-tipis, rendering (arsiran)
untuk menghasilkan bayangan, dan digambar secara perspektif,. Yah, itu semua yang
enggak kamu suka suka ditambah harus memiliki kemampuan mewarnai dan kemampuan
berpikir spasial. Yah, kurang lebih semua itu kamu gak suka. Aku tau taaa. 3
tahun seatap bareng kamu. Bahkan kita sekarang sekampus.”
Aku cuman diem dengerin tasya
ngomong. Sambil mikir kenapa ini anak tau banget sih? Ah tasya emang BFF
banget!!! Tapi ini keknya dia serius.
“kamu
tau kenapa aku hafal banget tentang kamu?”
“kenapa?”
jawabku
“kamu
ngomong begitu tiap aku main kekosan kamu. Bahkan setiap kita ketemu! Gimana
gak hafal? Kamu itu kurang bersyukur. Istigfar banyak-banyak. Sekarang aku udah
gak bisa diem aja dengerin keluh kesah kamu yang gak ada untungnya itu”
Speechless
“Taaa,
Cinta Annisa Nabila. Dengerin aku baik-baik. Passion adalah fake. Karna didunia
ini ya begini keadaannya dan mau gak mau, suka gak suka ya emang harus
dijalani. Karna diluar sana banyak orang yang pengin dapetin posisi kaya kita
ta. Betapa banyak orang diluar sana yang gak bisa sekolah gara-gara gak punya
uang. Dan kita masih mikirin soal passion? Mari kita pelajari tentang passion
ta. Agar kita tau bagaimana caranya bersyukur. Ketika kita sudah memilih jalan
hidup, maka kita sudah wajib untuk menyelesaikannya.”
Ada jeda. Dan aku masih diam
“Coba
kita bayangin, ibadah itu wajibkan? Apa kita harus nunggu passion dulu? Nunggu
sesuai kita pengennya dulu? Please deh taaaaa. semua itu emang sudah kewajiban
dan kita harus siap ngejalaninnya. Beribadah, menuntut ilmu, dan kerja. Semua
itu adalah kewajiban. Apa kita harus passion dulu? Bisa bisa kita mati kelaparan.” Tasya tarik
nafas
“Cinta,
menurutku, hakikatnya ketika kita bisa makan, lenje-lenje, tidur nyenyak aja udah
Alhamdulillah. Diluar sana masih banyak orang yang kekurangan dan berharap jadi
seperti kita saat ini. Apalagi kalau kuliahnya dibantu, entah lewat beasiswa,
SNMPTN, SPAN, channel sekolah, dll. Sangat disayangkan kalau kita menyia
nyiakan begitu sajah. Ayo taaa, bersyukur. Udah saatnya kita melalui ujian dari
Allah. Kamu itu sedang di uji, Allah ingin kamu melalui ujiannya dengan baik. Aku
yakin kamu bisa. Bahkan, dengan kamu yang sesibuk sekarang, aku yakin kamu bisa
menambah hafalan. Aku tau kamu akhir-akhir ini hanya murajaah tanpa menambah
hafalanmu. Aku yakin kamu bisa jadi arsitek yang hafal Al-Qur’an nantinya. Itu
semua bisa mewujudkan cita-cita bukan? Cita-citamu dan orangtuamu”
aku nangis. Tasya benar. Aku gak bersyukur.
Aku harus melalui ujian ini dengan baik
“sya,
makasih. Aku rasa kamu lagi kesambet!” jawabku sambil tertawa
“eh
dasar! Temen macem apa loh?”
“hahahhahaha”
tawa kami bersama
---3
tahun berlalu---
“para
wisudawan bisa duduk kembali”
Yap!
Hari ini aku wisuda. Aku rasa aku hampir selesai menyelesaikan ujian ini. Dan
tentang hafalan, aku juga sudah menyelesaikannya 2 bulan kemarin. Setelah
percakapan dengan tasya disemester 2 lalu, aku sadar hidup itu harus disyukuri.
Bukan ketika kita tak suka maka kita tinggalkan. Dan bukankah yang buruk bagi
kita belum tentu buruk bagi Allah?
-END-
PS. Cerita
ini terinspirasi dari kisah nyata dan diskusi diobrolan grup whats*pp alumni SMA saya. Dan juga ada kata-kata diawal yang saya kutip digambar status seseorang tanpa mengetahui siapa pengarang tulisan miring diatas. Semoga bermanfaat