inisih tugas daurah siyasi yang lupa saya kumpilin ke panitia. Tapi, alhamdulillah tetep lulus daurah juga, tanpa syarat. heuheu. Daripada terbuang tanpa alasan, lebih baik kubagikan via blog keren ini deh. check this out!
Kenapa Saya harus Mencintai Politik
Sebuah
pertanyaan yang harus kujawab untuk mengikuti kegiatan daurah siyasi. Sungguh,
aku hanya ingin menjawab, aku tidak tahu. Namun persyaratan membuatku harus
mengetik lebih panjang lagi sehingga mencapai 3 halaman. Ini merupakan
perkerjaan yang rumit dan kompleks. Bagaimana menjabarkan tiga kata menjadi
paragraf paragraf panjang.
Ketidaktahuanku
mengenai pertanyaan “kenapa saya harus mencintai politik” itulah yang
mendorongku mengikuti daurash siyasi. Itulah tujuanku. Untuk menemukan jawaban
tersebut. Namun kucoba dengan daya yang kupunya untuk menuangkan kebingunganku
tersebut menjadi sebuah essay. Entah ini essay yang baik, atau essay yang
kurang good.
Politik.
Ketika kata tersebut disampaikan, maka akan terbesit banyak gambaran.
Kekuasaan, perintah, kebijakan, pemilihan, strategi, kecurangan, pertarungan,
permusuhan, dan banyak kata yang mengikuti politik. Politik akan memunculkan
banyak gambaran, bahkan cenderung negatif. Apakah semua politik itu kotor?
Bukankah orang menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan? Perpecahan umat
merupakan dampak dari adanya politik? Dengarkan kisa berikut ini:
“ihh Fida gak suka politik. Isinya
busuk semua. Kayak cowok. Janjinya palsu. Politik tuh ngelakuin apa aja biar
dapet yg mereka mau. Pokoknya buruk aja isinya. Indonesiakan udah damai. Gak
perlu lagi lah macem gitu. Hidup dengan tenang aja lah. Sholat gak ada yang
melarang. Kajian ada dimana-mana. Kebutuhan masyarakat terpenuhi. Yang miskin
tetep nyari duit buat makan. Yang kaya pun sama. Gak perlu lagi main politik.” Keluh Fida, mahasiswi Ekonomi Islam.
Cerita
diatas sebuah curhatan kaum terpelajar yang tidak menyukai politik. Politik
dianggap sebagai hal yang buruk dan tak perlu ada karena toh keadaan negeri
yang baik baik saja. Namun justru disitulah titik poinnya. Negeri ini menjadi
baik baik saja, tetap berada pada cita cita bangsa, menyejahterakan rakyat,
semua itu merupakan jasa politik.
Politik
tidak bisa dikatakan sebagai hal yang jahat. Kebijakan yang memihak kepada
kebaikan masyarakat, merupakan ciptaan dari sistem politik. Politik itu netral.
Seperti halnya garpu. Garpu jelas sangat bermanfaat bagi manusia, namun dapat
pula digunakan sebagai alat membunuh bila berada di tangan yang tidak
bertanggungjawab.
Sistem
politik sangat tergantung pada siapa yang berada didalamnya. Ketika didalamnya
adalah orang baik, maka politik menjadi baik. Dan sebaliknya. Maka sangat
penting, orang orang baik itu ada dalam politik. Orang orang yang masuk kedalam
politik, selanjutnya kami sebut sebagai kader siyasi.
Kader
siyasi setidaknya memiliki empat hal berikut:
1.
Fiqh
siyasi
2.
Keteladanan
sosial
3.
Kapasitas
4.
Mampu
membaca situasi
Keempatnya
merupakan dasar seorang dalam terjun kedalam ranah siyasi. Fiqh siyasi
ditempatkan pada uturan pertama karena itulah yang menjadi landasan syariah
dalam berpolitik. Islam yang tercipta sebagai suatu sistem hidup yang syumul,
tentu telah mengatur semua aspek, termasuk dalam hal ini berpolitik melalui
fiqh siyasi.
Keteladanan sosial
menjadi aspek berikutnya yang harus dimiliki oleh kader siyasi. Seorang kader
siyasi harulah mampu menjadi contoh dalam kehidupan sosialnya. Ia harus menjadi
sosok teladan yang dapat diterima oleh lingkungannya. Kasus yang terjadi, seorang
aktifis dakwah terkesan eksklusif sehingga ditolak oleh lingkungan sosial. Hal
demikian perlu dievaluasi. Rasulullah pun dipercaya bahkan oleh kaum musyrikin.
Ketiga, kapasitas.
Kapasitas ialah kemampuan seseorang dalam memimpin, mengambil keputusan, keberanian
berbicara, menyampaikan ide, menyimpulkan permasalahan, dan kapasitas-kapasitas
yang mendukungnya dalam berpolitik. Dunia politik tidak cukup diserahkan kepada
orang sholeh saja, namun orang sholeh yang berkapasitas.
Terakhir, seorang
kader siyasi harus mampu membaca situasi. Dalam pembuatan keputusan, kemampuan
ini sangat diperlukan. Kelimuan mengenai politik tidaklah cukup bila kemampuan
membaca situasi ini tak dimiliki. Tanpanya, seseorang dapat salah mengambil
akar suatu permasalahan dan akhirnya salah membuat sebuah keputusan. Setiap
perkara yang sama tidak bisa diambil sebuah solusi yang sama. Banyak aspek yang
perlu dipertimbangkan, seperti tempat, lingkungan, waktu, maupun keadaan yang
tengah terjadi.
Begitulah sebuah
penjabaran mengenai ketidaktahuanku tentang alasan mencintai politik. Aku
menyadari bahwa sebenarnya aku tak serta merta kosong akan pengetahuan politik.
Hanya butuh perenungan dan keberanian dalam merangkai kata demi kata. Lalu, kenapa
saya harus mencintai politik? Ah, sudahlah.
Abdul Aziz
Kader yang tak suka politik, tapi masuk Kammi