Minggu, 03 Desember 2017

GAJE & GOKS : Kenapa Saya harus Mencintai Politik



inisih tugas daurah siyasi yang lupa saya kumpilin ke panitia. Tapi, alhamdulillah tetep lulus daurah juga, tanpa syarat. heuheu. Daripada terbuang tanpa alasan, lebih baik kubagikan via blog keren ini deh. check this out!


Kenapa Saya harus Mencintai Politik

            Sebuah pertanyaan yang harus kujawab untuk mengikuti kegiatan daurah siyasi. Sungguh, aku hanya ingin menjawab, aku tidak tahu. Namun persyaratan membuatku harus mengetik lebih panjang lagi sehingga mencapai 3 halaman. Ini merupakan perkerjaan yang rumit dan kompleks. Bagaimana menjabarkan tiga kata menjadi paragraf paragraf panjang.

            Ketidaktahuanku mengenai pertanyaan “kenapa saya harus mencintai politik” itulah yang mendorongku mengikuti daurash siyasi. Itulah tujuanku. Untuk menemukan jawaban tersebut. Namun kucoba dengan daya yang kupunya untuk menuangkan kebingunganku tersebut menjadi sebuah essay. Entah ini essay yang baik, atau essay yang kurang good.

            Politik. Ketika kata tersebut disampaikan, maka akan terbesit banyak gambaran. Kekuasaan, perintah, kebijakan, pemilihan, strategi, kecurangan, pertarungan, permusuhan, dan banyak kata yang mengikuti politik. Politik akan memunculkan banyak gambaran, bahkan cenderung negatif. Apakah semua politik itu kotor? Bukankah orang menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan? Perpecahan umat merupakan dampak dari adanya politik? Dengarkan kisa berikut ini:

          “ihh Fida gak suka politik. Isinya busuk semua. Kayak cowok. Janjinya palsu. Politik tuh ngelakuin apa aja biar dapet yg mereka mau. Pokoknya buruk aja isinya. Indonesiakan udah damai. Gak perlu lagi lah macem gitu. Hidup dengan tenang aja lah. Sholat gak ada yang melarang. Kajian ada dimana-mana. Kebutuhan masyarakat terpenuhi. Yang miskin tetep nyari duit buat makan. Yang kaya pun sama. Gak perlu lagi main politik.” Keluh Fida, mahasiswi Ekonomi Islam.

            Cerita diatas sebuah curhatan kaum terpelajar yang tidak menyukai politik. Politik dianggap sebagai hal yang buruk dan tak perlu ada karena toh keadaan negeri yang baik baik saja. Namun justru disitulah titik poinnya. Negeri ini menjadi baik baik saja, tetap berada pada cita cita bangsa, menyejahterakan rakyat, semua itu merupakan jasa politik.

            Politik tidak bisa dikatakan sebagai hal yang jahat. Kebijakan yang memihak kepada kebaikan masyarakat, merupakan ciptaan dari sistem politik. Politik itu netral. Seperti halnya garpu. Garpu jelas sangat bermanfaat bagi manusia, namun dapat pula digunakan sebagai alat membunuh bila berada di tangan yang tidak bertanggungjawab.

            Sistem politik sangat tergantung pada siapa yang berada didalamnya. Ketika didalamnya adalah orang baik, maka politik menjadi baik. Dan sebaliknya. Maka sangat penting, orang orang baik itu ada dalam politik. Orang orang yang masuk kedalam politik, selanjutnya kami sebut sebagai kader siyasi.

            Kader siyasi setidaknya memiliki empat hal berikut:
1.      Fiqh siyasi
2.      Keteladanan sosial
3.      Kapasitas
4.      Mampu membaca situasi

            Keempatnya merupakan dasar seorang dalam terjun kedalam ranah siyasi. Fiqh siyasi ditempatkan pada uturan pertama karena itulah yang menjadi landasan syariah dalam berpolitik. Islam yang tercipta sebagai suatu sistem hidup yang syumul, tentu telah mengatur semua aspek, termasuk dalam hal ini berpolitik melalui fiqh siyasi.

            Keteladanan sosial menjadi aspek berikutnya yang harus dimiliki oleh kader siyasi. Seorang kader siyasi harulah mampu menjadi contoh dalam kehidupan sosialnya. Ia harus menjadi sosok teladan yang dapat diterima oleh lingkungannya. Kasus yang terjadi, seorang aktifis dakwah terkesan eksklusif sehingga ditolak oleh lingkungan sosial. Hal demikian perlu dievaluasi. Rasulullah pun dipercaya bahkan oleh kaum musyrikin.

            Ketiga, kapasitas. Kapasitas ialah kemampuan seseorang dalam memimpin, mengambil keputusan, keberanian berbicara, menyampaikan ide, menyimpulkan permasalahan, dan kapasitas-kapasitas yang mendukungnya dalam berpolitik. Dunia politik tidak cukup diserahkan kepada orang sholeh saja, namun orang sholeh yang berkapasitas.

            Terakhir, seorang kader siyasi harus mampu membaca situasi. Dalam pembuatan keputusan, kemampuan ini sangat diperlukan. Kelimuan mengenai politik tidaklah cukup bila kemampuan membaca situasi ini tak dimiliki. Tanpanya, seseorang dapat salah mengambil akar suatu permasalahan dan akhirnya salah membuat sebuah keputusan. Setiap perkara yang sama tidak bisa diambil sebuah solusi yang sama. Banyak aspek yang perlu dipertimbangkan, seperti tempat, lingkungan, waktu, maupun keadaan yang tengah terjadi.
           
            Begitulah sebuah penjabaran mengenai ketidaktahuanku tentang alasan mencintai politik. Aku menyadari bahwa sebenarnya aku tak serta merta kosong akan pengetahuan politik. Hanya butuh perenungan dan keberanian dalam merangkai kata demi kata. Lalu, kenapa saya harus mencintai politik? Ah, sudahlah.


Abdul Aziz
Kader yang tak suka politik, tapi masuk Kammi

1 komentar: