Ya, kucing terbuang yang haus akan kasih sayang. Mereka berkelana
dari satu tempat ke tempat lainnya dengan mengharapkan secuil makanan yang juga
ditaburi dengan cinta dan sedikit penerimaan.
Ada
satu kisah cerita mengenai anak kucing yang hidup di jalanan. Hachi adalah
kucing yang aku pungut di jalanan belakang kampus 1 karena dia sendirian tanpa
indukan.
Mungkin
kisah hidup dari anak kucing jalanan yang bernama Hachi ini akan membuka matamu
bahwa kita hanyalah makhluk tak sempurna yang seharusnya mampu menerima serta
saling berbagi kasih dan cinta selama masih punya waktu di dunia.
Seperti
halnya kucing jalanan lain di luar sana, Hachi hidup sebatang kara. Tanpa rumah
hangat juga tanpa pemilik yang menyayanginya. Dia tidak punya tempat nyaman untuk ditinggalinya.
Hachi,
seekor kucing kampung yang biasa hidup di jalanan. Yang asal-usulnya memang tidak
begitu jelas. Mungkin dia hasil perkawinan dari sesama kucing liar yang
tersebar di penjuru sudut kota.
Hachi
juga pasti punya saudara, tapi entah di mana keberadaaan mereka saat ini.
Mungkin sudah mati kelaparan atau mungkin juga tewas mengenaskan karena
keusilan satu dua manusia.
Sedari
membuka mata, belajar merangkak, hingga bisa berjalan, dihabiskannya waktu di
jalanan dan tong sampah kota. Ya, umur Hachi memang baru seumur jagung, dia masih
bayi dan begitu rapuh. Namun, ibunya telah mengajarkannya bagaimana cara
berjuang hidup di dunia yang kejam ini seorang diri. Karena sang ibu sudah tau
nasib apa yang akan menimpa para hewan malang yang berkeliaran di jalanan.
Berbekal
ilmu bertahan hidup sederhana yang didapat dari ibunya, Hachi pun mulai
berkelana ke berbagai sudut kota. Tong sampah merupakan tempat makan
kesukaannya. Di sana dia bisa mendapatkan sarapan hingga makan malam secara
cuma-cuma. Walaupun tidak bergizi, tapi cukuplah untuk mengganjal perut
mungilnya. Saat ia butuh air untuk menyejukkan kerongkongannya, ia juga harus berlari ke genangan air terdekat. Biasanya dekat tempat wudhu, namun dia
tak dapat merengkuhnya karena selokan tempat wudhu begitu dalam. Untuk masalah
tidur, dia bisa berbaring dimana saja. Namun, di teras rumah manusia atau mushalla.
Di sana dia bisa berteduh dan tetap kering jika hujan.
Ya, Hachi
tidak pernah mengkhawatirkan kecukupan hidupnya. Ia tahu, dunia ini indah dan
Yang Maha Segalanya pasti akan memenuhi segala kebutuhannya.
Lama
berkeliaran di jalanan membuat penampilan Hachi jauh dari menawan. Busung lapar
(tertanda perut besar dan tulang terlihat), belekan, kutuan, bulunya kusut dan
kotor. Mungkin karena dia masih kecil belum bisa merawat dirinya. Tapi
sebenarnya dia tidak berbeda dari kucing-kucing lainnya. Hachi pun haus
perhatian. Dia juga butuh cinta.
Kebiasaan
Hachi menjelajah jalanan hingga selokan membuat penampilannya tak karuan. Selain bulunya nampak kusut dan lengket. Warna bulunya juga tidak sebagus sewaktu
pertama kali dia lahir ke dunia.
Tak hanya bulunya yang kusut karena air
selokan, di tubuh Hachi terdapat luka dan jamur yang menghiasi tubuhnya di beberapa
bagian. Luka
itu didapatnya sebagai penanda bahwa dia merupakan pengelana sejati. Dan jamur menjadi penanda bahwa ia selalu terkena kuman yang ia pun tak dapat membersihkannya. Dia bersuara lirih. Berharap diberi makan oleh manusia berhati mulia. Tapi naasnya, tak ada seorangpun yang memperdulikannya. T_T
Matanya yang lucu saat menatapku menandakan bahwa dia senang dicintai dan
diperdulikan. Kaki Hachi bagian depan juga nampak cacat, mungkin dulu dia pernah
terjerembab atau tak sengaja menginjak perangkap tikus. Atau mungkin juga ulah
dari anak manusia, tak pernah ada yang tahu fakta lengkapnya.
Hachi,
anak kucing lucu yang dulu terlihat amat manis kini shock dihajar kekejaman
dunia. Saat tetangga depan melempar dia dan membantingnya. Dia hanya bisa diam
dan mengeluarkan air mata. Namun, dia tak pernah mengutukinya, dia masih amat
mencintai dunia dan juga manusia yang ada di dalamnya.
Diusir
karena dianggap mengganggu, ditendang orang tak dikenal sudah biasa Hachi dapatkan. Hari-hari Hachi sangat dekat dengan penolakan dari orang di sekitaran.
Ya, hidup sebagai hewan jalanan memang tidak mudah, apalagi jika bentuknya tak
lagi lucu.
Hachi
selalu mendapat perlakuan tak mengenakkan dari manusia. Namun, dia tak pernah
sekalipun membenci mereka. Hachi memang sedikit keras kepala, itu semua karena
dia haus akan cinta.
Ya.. Hachi
memang ingin merasakan bagaimana nyamannya dibelai oleh manusia dan mendapatkan
curahan kasih sayang yang tidak sempat ia dapatkan dari ibunya. Apabila
ada manusia baik hati yang mengelusnya dan memberinya makan, ia akan
berguling-guling manja sebagai penanda terimakasih dan juga karena ia ingin
dibelai lagi dan lagi.
Sesungguhnya
hewan ini hanya butuh dicinta, dan bukankah kita sebagai makhluk yang serba
bisa wajib berbagi cinta dan memenuhi kebutuhan mereka?
Diusir
dan disingkirkan sepanjang hidupnya, Hachi justru mengajarkan kita makna
kehidupan. Dia membuat kita membuka mata.
Keinginannya
untuk dicinta, sifat lugunya yang tidak pernah menyimpan dendam kepada siapapun
yang pernah menyakitinya memang sudah menjadi sifat dasarnya.
Sekarang
dia hilang entah kemana. Semoga saja dia bertemu dengan manusia berhati mulia
di luaran sana.
Ah,
seandainya semua manusia berhati mulia, mungkin dunia bisa menjadi tempat yang
lebih baik.
------------------------------------------------------------------------------------------
Setelah
membaca cerita di atas, apakah hatimu tergerak untuk membagi cinta kepada
segala makhluk yang ada di sekitarmu? Termasuk kucing buruk rupa yang kamu
temui di jalanan? Dan apakah kamu bisa bersyukur dengan apa yang kamu miliki
dalam hidup ini?