Rabu, 22 November 2017

๐Ÿฑ Hachi Mengajarkan Kita Makna Kehidupan ๐Ÿฑ

Seringkah kalian menemui hewan terlantar di jalanan atau bahkan di sekitar tempat tinggalmu? 

Ya, kucing terbuang yang haus akan kasih sayang. Mereka berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya dengan mengharapkan secuil makanan yang juga ditaburi dengan cinta dan sedikit penerimaan.

Ada satu kisah cerita mengenai anak kucing yang hidup di jalanan. Hachi adalah kucing yang aku pungut di jalanan belakang kampus 1 karena dia sendirian tanpa indukan.

Mungkin kisah hidup dari anak kucing jalanan yang bernama Hachi ini akan membuka matamu bahwa kita hanyalah makhluk tak sempurna yang seharusnya mampu menerima serta saling berbagi kasih dan cinta selama masih punya waktu di dunia.

Seperti halnya kucing jalanan lain di luar sana, Hachi hidup sebatang kara. Tanpa rumah hangat juga tanpa pemilik yang menyayanginya. Dia tidak punya tempat nyaman untuk ditinggalinya.

Hachi, seekor kucing kampung yang biasa hidup di jalanan. Yang asal-usulnya memang tidak begitu jelas. Mungkin dia hasil perkawinan dari sesama kucing liar yang tersebar di penjuru sudut kota.

Hachi juga pasti punya saudara, tapi entah di mana keberadaaan mereka saat ini. Mungkin sudah mati kelaparan atau mungkin juga tewas mengenaskan karena keusilan satu dua manusia.

Sedari membuka mata, belajar merangkak, hingga bisa berjalan, dihabiskannya waktu di jalanan dan tong sampah kota. Ya, umur Hachi memang baru seumur jagung, dia masih bayi dan begitu rapuh. Namun, ibunya telah mengajarkannya bagaimana cara berjuang hidup di dunia yang kejam ini seorang diri. Karena sang ibu sudah tau nasib apa yang akan menimpa para hewan malang yang berkeliaran di jalanan.

Berbekal ilmu bertahan hidup sederhana yang didapat dari ibunya, Hachi pun mulai berkelana ke berbagai sudut kota. Tong sampah merupakan tempat makan kesukaannya. Di sana dia bisa mendapatkan sarapan hingga makan malam secara cuma-cuma. Walaupun tidak bergizi, tapi cukuplah untuk mengganjal perut mungilnya. Saat ia butuh air untuk menyejukkan kerongkongannya, ia juga harus berlari ke genangan air terdekat. Biasanya dekat tempat wudhu, namun dia tak dapat merengkuhnya karena selokan tempat wudhu begitu dalam. Untuk masalah tidur, dia bisa berbaring dimana saja. Namun, di teras rumah manusia atau mushalla. Di sana dia bisa berteduh dan tetap kering jika hujan.

Ya, Hachi tidak pernah mengkhawatirkan kecukupan hidupnya. Ia tahu, dunia ini indah dan Yang Maha Segalanya pasti akan memenuhi segala kebutuhannya.

Lama berkeliaran di jalanan membuat penampilan Hachi jauh dari menawan. Busung lapar (tertanda perut besar dan tulang terlihat), belekan, kutuan, bulunya kusut dan kotor. Mungkin karena dia masih kecil belum bisa merawat dirinya. Tapi sebenarnya dia tidak berbeda dari kucing-kucing lainnya. Hachi pun haus perhatian. Dia juga butuh cinta.

Kebiasaan Hachi menjelajah jalanan hingga selokan membuat penampilannya tak karuan. Selain bulunya nampak kusut dan lengket. Warna bulunya juga tidak sebagus sewaktu pertama kali dia lahir ke dunia. 

Tak hanya bulunya yang kusut karena air selokan, di tubuh Hachi terdapat luka dan jamur yang menghiasi tubuhnya di beberapa bagian. Luka itu didapatnya sebagai penanda bahwa dia merupakan pengelana sejati. Dan jamur menjadi penanda bahwa ia selalu terkena kuman yang ia pun tak dapat membersihkannya. Dia bersuara lirih. Berharap diberi makan oleh manusia berhati mulia. Tapi naasnya, tak ada seorangpun yang memperdulikannya. T_T

Matanya yang lucu saat menatapku menandakan bahwa dia senang dicintai dan diperdulikan. Kaki Hachi bagian depan juga nampak cacat, mungkin dulu dia pernah terjerembab atau tak sengaja menginjak perangkap tikus. Atau mungkin juga ulah dari anak manusia, tak pernah ada yang tahu fakta lengkapnya.

Hachi, anak kucing lucu yang dulu terlihat amat manis kini shock dihajar kekejaman dunia. Saat tetangga depan melempar dia dan membantingnya. Dia hanya bisa diam dan mengeluarkan air mata. Namun, dia tak pernah mengutukinya, dia masih amat mencintai dunia dan juga manusia yang ada di dalamnya.

Diusir karena dianggap mengganggu, ditendang orang tak dikenal sudah biasa Hachi dapatkan. Hari-hari Hachi sangat dekat dengan penolakan dari orang di sekitaran. Ya, hidup sebagai hewan jalanan memang tidak mudah, apalagi jika bentuknya tak lagi lucu.

Hachi selalu mendapat perlakuan tak mengenakkan dari manusia. Namun, dia tak pernah sekalipun membenci mereka. Hachi memang sedikit keras kepala, itu semua karena dia haus akan cinta.

Ya.. Hachi memang ingin merasakan bagaimana nyamannya dibelai oleh manusia dan mendapatkan curahan kasih sayang yang tidak sempat ia dapatkan dari ibunya. Apabila ada manusia baik hati yang mengelusnya dan memberinya makan, ia akan berguling-guling manja sebagai penanda terimakasih dan juga karena ia ingin dibelai lagi dan lagi.

Sesungguhnya hewan ini hanya butuh dicinta, dan bukankah kita sebagai makhluk yang serba bisa wajib berbagi cinta dan memenuhi kebutuhan mereka?
Diusir dan disingkirkan sepanjang hidupnya, Hachi justru mengajarkan kita makna kehidupan. Dia membuat kita membuka mata.

Keinginannya untuk dicinta, sifat lugunya yang tidak pernah menyimpan dendam kepada siapapun yang pernah menyakitinya memang sudah menjadi sifat dasarnya.
Sekarang dia hilang entah kemana. Semoga saja dia bertemu dengan manusia berhati mulia di luaran sana.

Ah, seandainya semua manusia berhati mulia, mungkin dunia bisa menjadi tempat yang lebih baik.

------------------------------------------------------------------------------------------

Setelah membaca cerita di atas, apakah hatimu tergerak untuk membagi cinta kepada segala makhluk yang ada di sekitarmu? Termasuk kucing buruk rupa yang kamu temui di jalanan? Dan apakah kamu bisa bersyukur dengan apa yang kamu miliki dalam hidup ini?

Seperti Hachi, anak kucing yang selalu menerima dan mensyukuri keadaannya serta tidak pernah khawatir akan hidupnya.

0 komentar:

Posting Komentar