Oleh: Budiman Prastyo
Setiap perjuangan dakwah memiliki langkah,
seperti yang Rasul contohkan pada lima fasenya, baik sembunyi-sembunyi maupun
terang-terangan. Sebagai Ulama, pewaris risalah Nabi, Hasan Al-Banna merumuskan
langkah tahapan rekontruksi Umat, yaitu:
1. Islahu An-Nafs (memperbaiki
diri)
Di dalam memperbaiki diri di
antaranya: 1.) Aqidah yang bersih; 2.) Ibadah yang benar; 3.) Akhlak yang
kokoh; 4.) Kekuatan Jasmani; 5.) Intelek dalam berpikir; 6.) Berjuang melawan
hawa nafsu; 7.) Pandai menjaga waktu; 8.) Teratur dalam urusan; 9.) Mandiri;
8.) Bermanfaat bagi orang lain. Hasan Al-Banna menganjurkan untuk melaksanakan
sholat dan puasa sesuai dengan hadis yang jelas keshahihannya. Melalui lembaga
pendidikan spiritualnya Ikhwanul Muslimim (Ma’had Tarbiyah ruhiyah Ikhwanul
Muslimim), beliau menjelaskan beberapa petunjuk shalat lail dan memotivasi
anggotanya untuk melaksanakannya.
2. Ta’winu Baitim Muslim
(Membentuk Keluarga Muslim)
Umma Farida
(2014) di dalam Jurnal Penelitian STAIN Kudus,
Setiap sistem
politik pasti harus menyesuaikan diri dengan masalah-masalah yang muncul di
masyarakat dan mengubah cara pandang mereka terhadap masa depan.
Keluarga sebagai
bagian terkecil dari masyarakat, ini sangat berperan penting bagi pembangunan
strategi berdakwah. Mengingat keluarga merupakan madrasah pertama bagi
sosial.
3. Irsyadul Mujtama’
(Menyadarkan Masyarakat)
Perkembangan IM di Kairo pun
dapat dilihat dari penerbitan majalah-majalah yang mencerminkan gerakannya.
Majalah-majalah yang berhasil dicetak oleh perusahaan tersebut antara lain; majalah
Al-Ikhwan Al-Muslimun (IM), dan Majalah An-Nadzir, keduanya cetak secara
mingguan. Majalah-majalah tersebut digunakan sebagai corong dakwah Ikhwanul
Muslimin baik dalam menyebarkan ajaran agama islam maupun membendung arus
kristenisasi di Mesir—hal ini menyadarkan masyarakat tentang pentingnya
ber-Islam.
4. Tahrirul Wathan (Membebaskan
Negeri)
Segala upaya dan
usaha telah dilakukan untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Dari
sinilah para pemimpin pemikir, penulis, orator, dan wartawan menyerukan gaung
pembebasan atas nama nasionalisme dan kebangsaan. Bagi Ikhwanul Muslimin, gaung
pembebasan atas nama nasionalisme dan kebangsaan adalah sesuatu hal yang sangat
baik dan indah.
5. Islahul Hukumah
(Memperbaiki Pemerintahan)
Pada tahap ini IM
berusaha untuk masuk ke dalam pemerintahan dengan jalur politik walaupun sering
terjadi batu sandungan oleh musuh-musuhnya. Pergulatan Ikhwanul Muslimin dengan
pemerintah Mesir sering diwarnai adanya konspirasi, penindasan, yang kemudian
disambut dengan demonstrasi dan persaingan merebut kekuasaan. Pemerintah Mesir
berusaha menghalangi Ikhwan dalam persaingan pemilu dengan memalsukan hasil
pemilu, menghalangi para calon dan menangkap para aktivis Ikhwanul Muslimin.
6. I’adatul Qiyanid
Daulih lil Ummati Islamiyyah (Mengembalikan Peran Umat Islam dalam Percaturan
Internasional)
Jika Negara telah
menerapkan suatu sistem Islam, peran umat dapat dikembalikan sebagaimana sistem
yang dianut. Platform dan gerakan dakwah yang dilakukan tidak lepas dari
masyarakat (dalam hal ini umat). Bahkan tidak hanya dalam wilayah dakwah,
melainkan lebih luas lagi, memasuki wilayah sosial dan politik. Sebagaimana
dikemukakan Hassan Al-Banna bahwa Ikwanul Muslimin tidak menafikan gerakan
sosial-politik, asal ia diperuntukkan bagi perbaikan umat (islah ummah).
7. Mustadziatul A’lam (Menjadi
Guru bagi Alam Semesta)
Yang dimaksud guru dalam hal ini adalah
petunjuk dari Al-Quran dan sunnah yang telah diterapkan secara kaffah. Ini
juga disebut sebagai islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, suatu
keniscayaan yang patut diimani bahwa Islam akan menjadi jaya dan bangkit. Hasan
berkeyakinan bahwa Islam adalah suatu agama yang sempurna dan lengkap dengan
segala sistem yang dibutuhkan bagi kehidupan umat Islam, termasuk sistem-sistem
politik, ekonomi dan sosial, dan bahwa untuk meraih kembali kejayaan umat Islam
tidak perlu meniru Barat.
Refferensi
Indria Nur, Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam Imam
Hasan Al-Banna, (Papua: STAIN SORONG, 2014), hal. 7
Umma Farida, Peran
Ikhwanul Muslimin dalamPerubahan Sosial Politik diMesir, (Kudus: STAIN
Kudus, 2014), lihat hal. 51
Soliqin, Keterlibatan
Ikhwanul Muslimin Dalam Revolusi Mesir 2011, (Yogyakarta: UNY, 2015), lihat
hal. 8
M. Anwar Zein, Sikap Ikhwanul Muslimin Tentang
Nasionalisme dan Relevansinya Dengan Konsepsi Ummah, (Lamongan: Al-Daulah,
2013), lihat hal. 166
Umma Farida, Peran
Ikhwanul Muslimin dalamPerubahan Sosial Politik diMesir, (Kudus: STAIN
Kudus, 2014), lihat hal. 46
Fakhrurozi, Aktivitas Dakwah Hasan Al-Banna (Analisis
Metode dan Media Dakwah), (Semarang: IAIN Walisongo, 2009), lihat hal. 70